Thanks God, You gave him ~Naya
Liat status temen “Selamat
tanggal 9..” dengan DP foto pernikahannya. Teman dekat saya tersebut menikah
dengan bulan dan tahun yang sama dengan saya. Mei 2009. Namun harinya beda 6
hari. Saya tanggal 3 dan dia tanggal 9. Berarti bulan ini kita sama-sama
memasuki bulan ke 78 dalam pernikahan.
Waw 78. Bukan angka yang sedikit. Banyak sekali hal
yang udah terjadi selama 78 bulan ini. Pasang surut kehidupan pernikahan kami
#mendadakmellow
Apapaun itu, yang jelas saya merasa detik ini, tepat
detik saya mengetik ini, saya ada di posisi sedang bersyukur dengan pernikahan
kami. Alhamdulillah. Bentar ganti dulu lagu di playlist biar soul nya dapet.
Heheheh.
Sebenarnya, saya sekarang seperti diberi buku baru sama
Tuhan. Buku yang harus diisi dengan hal-hal baru. Dan saya takut kalau saya
kembali jadi saya yang kemaren-kemaren. Saya yang.. ahh.. saya yang jauh sekali
dari mengingatNya.
Kembali ke tentang pernikahan yah. Hemmm saya lagi
pengen nginget yang indah-indah deh sekarang.
Saya mau mengenang dulu kebaikan-kebaikan suami saya.
Satu hal yang sangat saya kagumi dari dia, dia itu selalu (Berusaha) untuk gak
pernah punya pikiran jelak sama orang lain. Saya analogikan dengan percakapan
yang sedikit modifikasi namun semoga gak kehilangan esensinya.
Saat itu kami sedang menyaksikan acara Mata Najwa
dengan bintang tamunya Presiden RI. Tau dong siapa. Ya itu lah ya. Kami berdua
itu sama Bapak Presiden biasa-biasa aja. Gak pro dan gak kontra juga. Tapi
banyak yang sedikit kami sayangkan sih. Hahaha. Mari lanjut ke percakapan aja.
Saya: Waw keren
yah, ngundang makan siang dari berbagai elemen ke Istana Negara. *Bpk Presiden
ngundang tukang ojek, pedagang kaki lima, dan elemen lain yang gak biasa.*
Suami: hemm.. *biasalah ini, dia mah suka minim komen*
Saya: Deuhhh jadi pendukung nih setelah liat tayangan
ini? *saya akuin, saya agak nyinyir nyebelin*
Suami: Kalau hal-hal baik, kenapa gak kita contoh?
Kesederhanaannya, misalnya.
Saya: *nyengir* iyah...
Demikian sekelumit percakapan kami, yang sebenernya
percakapan biasa, namun saat saya lagi diem dan keingetan lalu terasa bahwa
disitulah perannya sebagai Nahkoda bagi kapal kami terasa. Ia mampu mengarahkan
saya. Melihat sesuatu dengan mengambil sesuatu yang baiknya. Jangan fokus hanya
kepada hal buruknya.
Iyah yah, karena sesuatu itu pasti punya sisi baik dan
sisi buruk. Fitrah mahluk yang tidak sempurna. Ah, kenapa saya bisa lupa?
Untung ada suami yang ingetin.
Kalau kamu punya cerita apa tentang suami yang
diam-diam kamu kagumin? Hal yang sepertinya kecil atau remeh tapi mampu
menggetarkan hati lalu bersyukur bahwa
“Thanks God, you gave him.”
~Naya