17 September 2013
15 : 54
Aku terlentang di padang rumput yang luas.
Sambil takzim memandang ke atas.
Ada awan berbentuk kelinci. Putih. Bersih.
Di belakangnya langit biru. Jernih.
Melayang-layang aku atas sebuah pertanyaan:
Salah siapa, Tuhan?
Mungkin itu pertanyaan aku yang paling bodoh yang pernah aku lontarkan pada Tuhan.
Hidup selalu tentang sebuah pilihan. Ini pilihan aku. Jadi bukan salah siapa-siapa.
Bukan tentang salah atau benar. Tapi tentang pilihan. Lagi, aku tegaskan. Ini memang pilihan aku.
Bukankah aku sudah sepakat pada diriku sendiri, bahwa hidup tentang penerimaan?
Menerima bahwa segala sesuatu itu mempunyai sisi buruk dan sisi baik?
Tapi kenapa Ia begitu menjadi sesosok yang sempurna di mataku?
Banyak kelemahannya, aku tahu. Tapi, tidak banyak pula yang memiliki kelebihan seperti apa yang Ia miliki.
Dan untuk aku, aku masih sulit menemukannya pada diri orang lain. Kelebihannya.
Cara terbaik mengakhiri sesuatu yang sebaiknya tidak dimulai ini adalah dengan tega memutus semua bentuk komunikasi. Aku harus tega. Tapi tidak sekarang. Entah kapan. Mungkin besok lusa.
I need to do this…
-
I deserve a pat on the back. Just for the things i am attempting to do. I
deserve a regular vacation. For the things i have and i will accomplish. I
am wri...
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar