Pages

Minggu, 22 Januari 2012

kangen

Mengenalmu hanya 15 tahun saja. Itupun hanya berbentuk potongan cerita yang tak selesai.
Wajahmu manis sekali tapi sorot matamu selalu terlihat seperti menyembunyikan sesuatu dan menyimpan satu kesedihan yang mendalam.

Rasanya ingin kuputar waktu kembali ke masa-masa ketika kita sering bersama. Kenapa jaman dulu tidak seperti sekarang ya? begitu mudahnya mengambil gambar dengan handphone lalu menyimpannya. Ah, menyesal tak punya banyak fotomu. Sekarang aku merindukanmu dan hanya membayangkanmu. Seandainya saja aku punya banyak fotomu.
Kangen. kangen sekali.

Aku masih ingat jelas saat tanah merah itu mulai menutup jasadmu sedikit demi sedikit. Aku menangis. Kenapa cepat sekali kau meninggalkan aku? Saat itu, aku mengenalmu sebagai sesosok wanita yang punya banyak jasa dalam membantu membesarkanku. Ya hanya itu yang ku tahu saat itu.

Aku benci mengingatnya. Bukan benci padamu. Tapi benci pada ketidaktauan dan ketidakpekaanku. Apa karena saat itu aku masih kecil ya. Tak pernah sedikitpun terbersit apa yang mereka katakan tentangmu. Mungkin mereka memang benar karena ketika aku melihat diriku di cermin kadang begitu banyak kemiripan kita. Kenapa tak pernah kusadari itu?

Beberapa hari setelah kau menghembuskan nafasmu, aku menangis terisak-isak di kamar. Ingat padamu. Lalu merasakan kau ada di dekatku dan seolah ingin mengatakan banyak hal padaku. Kenapa tak kau katakan saja? aku sangat ingin mendengarnya darimu dan berharap sambil kau memelukku lalu aku akan menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala hal hingga aku kelelahan dan tertidur. Lalu kau mengusap-usap kepalaku. Jangan pergi dulu. Aku mohon.

Kau datang lagi, saat itu aku sedang menelpon. Tiba-tiba aku merasakan kau ada. Aku menangis. Kangen sekali. Aku berharap bisa melihatmu dan bukan hanya bisa merasakan kehadiranmu. Telepon langsung kubanting dan kusapa dirimu, "ada apa?" suaraku terputus-putus menahan isak tangis. Aku hanya merasakan kau tersenyum dan mengelus kepalaku dengan lembut. Kau hanya bilang padaku, jangan sedih dan kau sudah merasa tenang karena kakak keduaku akan segera menikah. Lalu hal yang paling membuat aku sedih saat kau mengatakan bahwa kau sangat menyayangiku, kau akan pergi dan tak akan sesering sekarang menengokku.

Kenapa mereka terlambat memberitahuku? kenapa mereka memberitahu semuanya saat aku sudah tidak bisa memelukmu? Kenapa? Padahal aku tahu, pedih buatmu. Pedih menyembunyikan bahwa aku terlahir dari rahimmu dan ada darahmu mengalir deras di dalam tubuhku. Jangan sedih ya, mama.Tapi sekarang aku mengerti kenapa mereka terlambat memberi tahu ku. mereka menunggu saat aku dewasa dan mulai mengerti banyak hal, termasuk mengerti kenapa kau melakukannya, mama.

Kangen sekali padamu sekarang. Ingin memelukmu dan mengucapkan banyak terimakasih. Terimakasih telah memberi nafas kehidupan untukku, mama.


Anih Sukaenih 
21 April 1958 - 13 Agustus 2000
Hujan teringatkan aku
Tentang satu rindu
Dimasa yang lalu
Saat mimpi masih indah bersamamu

Terbayang satu wajah
Penuh cinta penuh kasih
Terbayang satu wajah
Penuh dengan kehangatan
Kau ibu Oh ibu

Tuhan izinkanlah aku bahagia kan dia
 Meski dia telah jauh
Biarkanlah aku
Berarti untuk dirinya
oh ibu oh ibu kau ibu

0 komentar:

Posting Komentar