3 Februari 2013 16: 11
@ Bpk Hendra's Office.
Hai, Husband..
45 bulan yang lalu, tepatnya 3 Mei 2009.
Kita berjanji di depan Tuhan, di depan orang tua yang sangat kita cintai, di depan puluhan kerabat yang juga mengasihi kita dan mungkin di depan ribuan malaikat yang turut mendoakan kita. Ah...kenapa mata aku sudah mulai membasah ketika sekarang mulai mengingat peristiwa paling berbahagia itu?
45 bulan ini, apa ya yang sudah aku lakukan untuk kamu, suamiku? Apakah kamu bahagia selama ini? Ah, rasanya ingin sekali menangis keras. Entah untuk apa. Hanya ingin membuat dada aku yang sesak ini sedikit lega.
Entah sudah berapa detik, berapa menit, berapa jam dan mungkin berapa hari kadang aku melupakan kamu. Melupakan bahwa kamu adalah seseorang yang terbaik yang Tuhan ciptakan untuk aku. Entah untuk berapa kalinya kadang aku marah padamu, kecewa dan akhirnya berusaha lari ke hal lain yang menurut aku bisa membantu merasa lebih baik namun justru pada akhirnya justru aku-lah yang merasakan kecewa yang teramat sangat. Kecewa sudah mengecewakanmu. Terluka karena sudah melukaimu.
Harusnya aku lebih berusaha mengenal kamu seiring detik yang ikut berlalu. Bukan memilih pergi dan lari dari kamu. Harusnya, aku- istrimu ini menjadi orang yang paling mengenal kamu karena hanya aku, orang pertama yang kamu lihat saat kamu membuka mata dan orang terakhir yang kamu lihat saat kamu menutupkan matamu untuk tidur selama 45 bulan ini.
Maaf ya sayang. Kenapa selalu lupa, kalau kamu lelaki yang paling baik yang memperlakukan aku. Baik bukan manis karena aku tahu kalau kamu sebenarnya hanya tidak tahu cara mengungkapkan apa yang kamu rasakan.
Detik ini, aku sedang duduk di ruangan kerja di kantormu. Memandang sekeliling disini. Kertas-kertas berserakan. Angka-angka tersebar dimana-mana. Kamu. Ya, kamu. Kamu selalu fokus saat bekerja dan membuat aku berpikir bahwa kamu, kadang melupakan aku. Hingga suatu saat aku mengerti ketika dengan ringan kamu bilang: "Sebisa apapun, ketika bekerja aku berusaha untuk tidak melakukan hal-hal pribadi. Itu tanggungjawab dan amanah". Iya. Kamu benar. Apakah kamu kaku? Dulu aku berpikir begitu hingga detik ini aku sadar bahwa kamu hanya berusaha memberikan contoh yang baik pada anak buahmu. Kamu selalu berusaha menjadi pemimpin yang baik. Kenapa aku harus menunggu 45 bulan untuk menyadari ini?
Terimakasih ya sudah menjadi suami terbaik selama ini. Baik bukan berarti sempurna tetapi baik karena selalu berusaha membahagiakan aku ditengah ketidaksempurnaanmu. Baik karena juga mengerti ketidaksempurnaan aku. Baik karena selalu memaafkan kesalahan aku. Kamu baik. Baik sekali.
Hingga detik ini. Aku selalu bertanya dipagi hari. Saat aku bangun sebelum kamu. Memandang kamu dan bertanya; "Jika kamu meninggal duluan, apakah aku akan menemukan pengganti kamu? Jawaban aku: Mungkin iya. Tapi aku tidak mau." Setiap pagi aku lakukan itu apakah setelah satu hari kemarin yang kita lalui, akan merubah untuk pertanyaan yang sama? Dan jawabannya selalu tidak. Entah sampai kapan. Akupun tidak bisa berjanji banyak padamu dan aku terlalu takut berharap tapi semoga jawaban aku tidak akan pernah berubah.
Hei, husband...
Happy 45 months anniversary ya <3
0 komentar:
Posting Komentar