Pages

Selasa, 21 April 2015

Ketika melupakan dan mengingat sama pentingnya



“Melupakan suatu hal bukan berarti tidak menganggap penting. Namun melupakan berarti menghargai dan bersiap menyambut hal baru yang ada di depan.” ~Naya


Lagi iseng-iseng buka Tumblr tiba-tiba ada yang bikin saya tertegun cukup lama. Begini katanya:

“People always talk about how hard it can be to remember things where they left their keys, or the name of an acquaintance. But no one ever talks about how much effort we put into forgetting. I am exhausted from the effort to forget... There are things that have to be forgotten if you want to go on living”
~Stephen Carpenter, Killer (via larmoyante), from rasputinmaxim

Liat deh kalimat terakhir. Mungkin sebagian setuju dan sebagian tidak. Bagi saya pribadi, melupakan adalah sesuatu yang teramat mudah. Kadang saya berpikir, apakah ini sisi ‘childish’ saya? Bukankah anak-anak begitu? Mereka sedang bermain bersama, berantem, menangis. Namun dalam hitungan menit mereka bisa tertawa-tawa kembali. Forget easily. I do.

Namun saya pun mengingat kenangan. Menyimpannya dengan baik dalam bentuk tulisan. Suatu hari nanti, saya buka kembali. Bukan untuk mengingat-ingat pasal kejadiannya. Namun untuk tertawa kembali dan menyadari bahwa saya pernah melalui banyak hal.  
                                                                          
Akan ada satu hal yang ingin sekali saya ajarkan pada anak-anak saya kelak; “Melupakan suatu hal bukan berarti tidak menganggap penting. Namun melupakan berarti menghargai dan bersiap menyambut hal baru yang ada di depan.”
Kita berjalan maju. Tak pernah ada yang berhasil berjalan mundur untuk sampai ke tujuan.

Push the button. We can choose. Don't say we can not. It's not about 'can or can not' but 'want or don't want. Agree?



~Naya

Selasa, 14 April 2015

Kelas Menulis Online Buku Nonfiksi Stiletto Book


Tujuan pembaca membeli buku nonfiksi adalah untuk mendapatkan manfaat dan solusi dari “masalahnya” ~Herlina P.Dewi

Resolusi saya yang lain di tahun 2015 ini tercapai (lagi). Alhamdulillah. Yup, it’s  number fourteen on my 2015 resolution list: Training atau menghadiri workshop menulis keren minimal satu kali.
Saya mengikuti kelas menulis online buku nonfiksi yang diadakan oleh Stiletto Book
I did! Karena ini adalah my first time. Saya harus mendokumentasikannya sedemikian apik. I really excited about it! Here we go;

24 Feb:           Baca pengumuman, nanya2
27 Feb:           Transfer, ngisi form, terdaftar! Yess
10 Maret:       Dapet materi, langsung baca, oret2 bikin outline dan dipelajari
11 Maret:       Memahami dan mempraktekkan: survey ke Gramedia, mulai gabung di grup Menulis Stiletto
12 Maret:       Bikin pertanyaan dari materi dan nyari 2 topik beserta alasannya (persiapan kelas nulis supaya gak nge-blank). Iseng-iseng orat-oret outline.
13 Maret:       Kelas dimulai! Cool! We’re having fun. Kenalan sm myta dan mulai whatsapan.
15 Maret:       Baca. Baca. Baca. Cari data dan referensi. Moles-moles outline
16 Maret:       Riset kecil-kecilan
17 Maret:       Ngumpulin Tugas 1
20 Maret:       Class for the second time. Makin seruuu. Makin banyak tauuu.
28 Maret:       Ngumpulin Tugas 2. Deadline tanggal 29.
Well, I am Mrs deadliners :P
7 April:           Class for the last. Why does time fly so fast?

Kesan saya sebagai salah satu peserta Kelas Menulis Online Non-Fiksi adalah gak ada hal yang lebih keren dari berdiskusi hal yang kita sukai bersama ahlinya #tsaaaaah

The points are:
1.Kelas nulis ini bener-bener tertata apik di grup Facebook dengan pengaturan tentang kamar peserta. Asli deh rapih jali.
2.Miss Mentor, Mbak Herlina.P Dewi alias Mbak Dew yang keceh, sangat sangat sangat humble. Menyenangkan. How come she always sounds in a good mood when explaining? She rocks!
3.Masukan dan komentar tugas sangat sangat clear dan mudah dipahami. Straight to the point. Ihhhh love it!

Saya merapikan dengan meng-copy semua kata-kata Miss Mentor dalam satu file khusus. Membaca dan membaca lagi. Nginget-nginget lagi. Mencoba mempraktekannya. Words are only words without action, aren’t they? Banyak quote-quote keren yang mengalir dari penjelasannya. Nanti akan saya posting beberapa quote kerennya on my next posting. Keep reading ya! :D

notes: kecerdasan orang akan terlihat ketika dia menyampaikan topik yang berat dengan cara yang mudah dipahami orang awam sekalipun ~Herlina P Dewi, pada kelas menulis online buku nonfiksi, Stiletto Book

Semua bahasan tentang buku non-fiksi dikupas habis-habisan tiada bersisa. Heuheu. Dari mulai apa sih itu buku non-fiksi, seluk-beluknya, bagaimana membuat proposal untuk diajukan ke penerbit, lalu membuat data penulis dan data naskah hingga artikel yang keren cara membuat judul buku. Komplit plit plit!

Kelas menulis online buku non-fiksi batch 1 sudah selesai. And I am so happy for being there. Oh iya, di akhir cerita, eh di akhir kelas, Miss Mentor mengingatkan kembali untuk mengirimkan outline serta contoh naskah. Kalau Stiletto Book suka, akan dibukukan! Ahaaaaa.. Wish me luck!

Last not but least, Terimakasih tak terhingga untuk Stiletto Book yang membantu mewujudkan resolusi saya. Sudah mengadakan kelas menulis yang super duper keren :)
Terimakasih untuk Mbak Dew yang sabaaaar ngadepin kita semua. Peserta yang banyak nanya. Hehehe. Ilmunya sangat bermanfaat. Amat sangat. I really appreciate it.

Daaaan.. terimakasih buat teman-temankuh, all the participants batch 1: Endah SA Nurcahyani Dewi Eugenia Benji Atria Dewi Sartika Angelina Enny Fairuz Nadya Kartika Kusumastuti Rani Bunda Katya Ika Budiwanti Patte Ariany Primastutiek Riana 'Inna' Wulandari Khanza Aliffia Dhie Aloysia Ispriantari Myta Putri Full's Phyta Indrawan Syah Siti Wulan Naya (ME!) Ratna Amalia Nadia Khaerunnisa
Kalian warbiyasaaak. Sangat inspiring! Syemangaaaat untuk kita semua. Keep in touch!

Jadiiii.. tunggu apalagi? Be the participant untuk next batch di Kelas Menulis Online Buku Nonfiksi yang diadakan Stiletto Book yaaa... 




~Naya

Senin, 13 April 2015

he said "eat that".

I don't like surprise at all.
I don't like surprise at all
I don't like surprise at all
I don't like surprise at all
I don't like surprise at all

You
are
really
really
really
crazy.

on my way.
Tuesday, 14 April 2015
10:09

Rabu, 08 April 2015

A Warm Bookshop on Pangandaran Beach's corner

Do all things with love, passion and dedication ~Patrick Driessen


Menemukan sebuah toko buku di tepi pantai Pangandaran? Jangan berpikir itu sebuah toko buku seperti yang ada di Mall ataupun pusat kota ya. Di dalamnya ada sedikit debu disana-sini namun entah kenapa aura pesonanya buat saya sangat terasa.
A year ago, I saw it. But unfortunately it was closed. One day, I must go there, I thought. And yesterday I did!
Saya di depan book shop

Seorang lelaki paruh baya berkulit legam tengah mendekati toko buku itu. Saya tahu dia pemiliknya. Saat itu saya dalam perjalanan kembali ke hotel setelah membeli beberapa oleh-oleh. Lalu saya berteriak: “Buka ya, Pa? Asyiiik. Beliau menjawab: “Iya, sebentar lagi.”
Beberapa menit kemudian, saya sudah berada di depan toko itu. Jarak hotel tempat saya menginap dengan toko sekitar 100 meter. Perasaan hangat melingkupi hati saya. Sesuatu yang kamu sukai, kamu temukan di tempat yang tidak disangka-sangka. Apa yang lebih menyenangkan dari hal itu?

Saya langsung masuk ke dalam. Bapak itu masih duduk di luar. Membereskan beberapa kertas. Dia bertanya: “Suka buku apa?”  lalu melanjutkan lagi, “Mau Bahasa apa?” Saya jawab, buku yang menarik saya. Bahasa? Hemmm.. I think Spanish so sexy or France. Eh tapi ribet gak yah baca buku dengan bahasa yang sangat sangat asing?
Oopps. Saya menemukan buku Maya Angelou in Spanish. Huhuhu. Ingin sekali. Tapi realistis. Saya gak bisa bahasa Spanyol. Hahaha.
so sexy, aren't they?

Saya kembali ke deretan buku Berbahasa Inggris. Menelusuri rak demi rak. Buku-buku bekas cetakan tahun lama banyak disana. Kebanyakan novel. Namun ada buku non-fiksi juga. Ternyata bukunya dirapikan beradasarkan abjad nama penulis. Keren. Saya pun langsung berpikir bahwa si Bapak Pemilik Toko adalah sesorang yang berdedikasi, seseorang yang merawat toko buku dengan hati. Seperti seseorang yang merawat sesuatu yang sangat dia cintai.

Obrolan ringan mengalir sambil mata saya tak bisa lepas dari deretan judul-judul buku. Penuh konsentrasi dan intuisi. Buku apa yang kira-kira dapat memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan bagi saya saat ini.

Tada. 2 buku saya pilih. Saya pun keluar. Duduk di meja depan si Bapak. Saya lihat mejanya. Waw. Penuh dengan kartu pos! Kartu-kartu pos lamaaa kiriman dari tamu-tamu yang datang ke Pangandaran yang pernah dia pandu.Ternyata si Bapak itu seorang guide. Awal kecintaan mengumpulkan buku-buku itu justru dari bertukar buku dengan tamu-tamu asingnya. Seru.

postcards on his table

Kami mengobrol dengan sangat seru. We also spoke in English for some words. I like that man. Banyak quote-qute bijak yang muncul dari pembicaraannya. Tanpa dibuat-buat dan mengalir lancar. Kebijakan yang berasal dari pengalaman hidupnya berinteraksi dengan berbagai manusia dari belahan dunia. He does it. Open his mind, just like a parachute. Your mind will be useful when you open it. Mau tahu banyak tentang  beliau? Beliau punya blog loh. Cek disini

Mr. Lovely and me

Kata-katanya yang saya ingat dan rada-rada bikin saya jedar-jeder:
~ Saya gak bisa aja kalau mau berkomitmen sama mereka (foreign girls), beda filosofi hidup. (ini ketika saya iseng-iseng bertanya apakah si Bapak pernah kepikiran untuk memacari gadis bule. Hehehe.)
~ I said like but never said love.
~ Banyak hal yang gak selalu harus kita kuasai, miliki sepenuhnya.
~ Saya lupa teman-teman saya yang pernah saya guiding, tapi ketika saya melihat kartu pos dan namanya disana, memori saya merangkum semuanya. (see? How words work. Merekam memori)
~ Saya suka buku. Kecintaan saya pada buku dan kata-kata didalamnya membuat saya mempertahankan toko ini.
~ Menulis bisa membagi pikiran kita. Keep writing!

Ah, nice to meet you, Mr. Lovely. I learned a lot from you about loving what you do. It was such a great time to chit chat with you. And thank you for your souvenirs. He gave me two of old postcards. Yang satu yang dia jual. Kartu pos with batik in it. Limited edition. Yang satu postcard dari temennya. Postcard dari Belanda tahun 1994.  He said: It means to me, but if you want it, I’ll give it to you. How nice.
Thankssssss.

notes: IDR 110.000 two impor books. "Eat, Pray Love" by Elizabeth Gilbert and "The Summer Without Men" by Siri Hustvedt. I bought without bargaining. I paid for his dedication.

postcards from him




~Naya