Do all things with love, passion and dedication ~Patrick Driessen
Menemukan
sebuah toko buku di tepi pantai Pangandaran? Jangan berpikir itu sebuah toko buku seperti
yang ada di Mall ataupun pusat kota ya. Di dalamnya ada sedikit debu
disana-sini namun entah kenapa aura pesonanya buat saya sangat terasa.
A
year ago, I saw it. But unfortunately it was closed. One day, I must go there,
I thought. And yesterday I did!
|
Saya di depan book shop |
Seorang
lelaki paruh baya berkulit legam tengah mendekati toko buku itu. Saya tahu dia
pemiliknya. Saat itu saya dalam perjalanan kembali ke hotel setelah membeli
beberapa oleh-oleh. Lalu saya berteriak: “Buka
ya, Pa? Asyiiik. Beliau menjawab: “Iya,
sebentar lagi.”
Beberapa
menit kemudian, saya sudah berada di depan toko itu. Jarak hotel tempat saya menginap
dengan toko sekitar 100 meter. Perasaan hangat melingkupi hati saya. Sesuatu
yang kamu sukai, kamu temukan di tempat yang tidak disangka-sangka. Apa yang
lebih menyenangkan dari hal itu?
Saya
langsung masuk ke dalam. Bapak itu masih duduk di luar. Membereskan beberapa
kertas. Dia bertanya: “Suka buku apa?” lalu melanjutkan lagi, “Mau Bahasa apa?” Saya jawab, buku yang menarik saya. Bahasa? Hemmm..
I think Spanish so sexy or France. Eh tapi ribet gak yah baca buku dengan
bahasa yang sangat sangat asing?
Oopps.
Saya menemukan buku Maya Angelou in Spanish. Huhuhu. Ingin sekali. Tapi
realistis. Saya gak bisa bahasa Spanyol. Hahaha.
|
so sexy, aren't they? |
|
Saya
kembali ke deretan buku Berbahasa Inggris. Menelusuri rak demi rak. Buku-buku
bekas cetakan tahun lama banyak disana. Kebanyakan novel. Namun ada buku
non-fiksi juga. Ternyata bukunya dirapikan beradasarkan abjad nama penulis.
Keren. Saya pun langsung berpikir bahwa si Bapak Pemilik Toko adalah sesorang
yang berdedikasi, seseorang yang merawat toko buku dengan hati. Seperti
seseorang yang merawat sesuatu yang sangat dia cintai.
Obrolan
ringan mengalir sambil mata saya tak bisa lepas dari deretan judul-judul buku.
Penuh konsentrasi dan intuisi. Buku apa yang kira-kira dapat memberikan jawaban
atas beberapa pertanyaan bagi saya saat ini.
Tada.
2 buku saya pilih. Saya pun keluar. Duduk di meja depan si Bapak. Saya lihat
mejanya. Waw. Penuh dengan kartu pos! Kartu-kartu pos lamaaa kiriman dari
tamu-tamu yang datang ke Pangandaran yang pernah dia pandu.Ternyata si Bapak
itu seorang guide. Awal kecintaan mengumpulkan buku-buku itu justru dari
bertukar buku dengan tamu-tamu asingnya. Seru.
|
postcards on his table |
Kami
mengobrol dengan sangat seru. We also spoke in English for some words. I like
that man. Banyak quote-qute bijak yang muncul dari pembicaraannya. Tanpa
dibuat-buat dan mengalir lancar. Kebijakan yang berasal dari pengalaman
hidupnya berinteraksi dengan berbagai manusia dari belahan dunia. He does it.
Open his mind, just like a parachute. Your mind will be useful when you open
it. Mau tahu banyak tentang beliau? Beliau punya blog loh. Cek disini
|
Mr. Lovely and me |
Kata-katanya
yang saya ingat dan rada-rada bikin saya jedar-jeder:
~
Saya gak bisa aja kalau mau berkomitmen sama mereka (foreign girls), beda
filosofi hidup. (ini ketika saya iseng-iseng bertanya apakah si Bapak pernah kepikiran
untuk memacari gadis bule. Hehehe.)
~
I said like but never said love.
~
Banyak hal yang gak selalu harus kita kuasai, miliki sepenuhnya.
~
Saya lupa teman-teman saya yang pernah saya guiding, tapi ketika saya melihat
kartu pos dan namanya disana, memori saya merangkum semuanya. (see? How words
work. Merekam memori)
~
Saya suka buku. Kecintaan saya pada buku dan kata-kata didalamnya membuat saya
mempertahankan toko ini.
~ Menulis bisa membagi pikiran kita. Keep writing!
Ah,
nice to meet you, Mr. Lovely. I learned a lot from you about loving what you do. It was such a great time to chit chat
with you. And thank you for your souvenirs. He gave me two of old postcards.
Yang satu yang dia jual. Kartu pos with batik in it. Limited edition. Yang satu
postcard dari temennya. Postcard dari Belanda tahun 1994. He said: It means to me, but if you want it, I’ll
give it to you. How nice.
Thankssssss.
notes: IDR 110.000 two impor books. "Eat, Pray Love" by Elizabeth Gilbert and "The Summer Without Men" by Siri Hustvedt. I bought without bargaining. I paid for his dedication.
|
postcards from him |
~Naya