Sungguh,
pada yang demikian itu terdapat
peringatan bagi orang yang memiliki hati atau yang menggunakan pendengarannya,
sedang dia menyaksikan.
Verily,
therein is indeed a reminder for him who has a heart or gives ear while he is
heedful.
QS
50: 37
foto diambil saat menunggu seorang teman untuk berbincang. |
Suatu hari di Bulan
September 2016 saya berbicara di depan cermin, berusaha menasehati diri saya
sendiri terkait ada satu keputusan yang harus saya ambil.
Kira-kira gini
percakapan saya dengan diri saya waktu itu:
***
“Hei kamu, Naya. Saya disini untuk menasehati kamu.
Ya saya: Naya. Dan
kamu: Naya.
Sounds crazy, huh? Not
really.
Nay, pernah dengar salah satu nasihat Rasulullah pada seseorang
yang bertanya padanya tentang kebaikan:
“Apakah kamu datang kepadaku untuk bertanya mengenai kebaikan?
Mintalah pendapat pada hatimu. Kebaikan itu adalah segala sesuatu yang
menenangkan jiwa dan hatimu. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang membuat gundah
jiwamu dan mengguncang dadamu.”
Atas dasar itulah mari
kita berdialog. Dari hati ke hati. Aku tahu, kamu akan memutuskan satu hal yang
teramat penting dalam hidupmu. Ya kan? Sesuatu
tentang pilihan yang didalamnya ada hal kamu idam-idamkan. Kamu sukai.
Tapi tunggu. Sebelum kamu berteriak-teriak naif bahwa kamu juga berhak bahagia,
pandanglah wajah-wajah orang yang mungkin akan tertunduk sedih akan
keputusanmu. Posisikan kalau kamu itu dia, kamu itu mereka.
Nay, kalau kamu sedih
ya cukup kamu yang sedih. Lain halnya kalau kamu bahagia tapi banyak orang yang
sedih sama keputusan kamu, memangnya kamu masih bisa bahagia yang
sebenar-benarnya?
Nay, kamu selalu
berdoa untuk enggak pernah nyakitin perasaan orang lain, apalagi orang-orang
terdekatmu. Karena kamu selalu punya pikiran; ketika aku jaga perasaan orang lain, Allah lah yang akan jaga perasaan
aku. Aku akan baik-baik ketika aku melepaskan sesuatu yang ternyata
keburukan untuk banyak orang terlalu banyak dibandingkan keegoan aku dalam
mencari arti kata: “Bahagia.”
You’re such a good
person, Nay. Perasaan kamu halus. Kesensitifan kamu akan perasaan dan mood
orang sangat tinggi. Jadi, aku sangat yakin kalau kamu enggak bisa tahan saat
banyak orang sedih, dan kamu ditengah-tengah mereka sedang merasakan euforia
kebahagiaan. Enggak, Nay. Itu semu. Sungguh semu.
Berlarilah padaNya, menangis sejadi-jadinya. Minta dikuatkan. Minta
dimudahkan. And I’m sure you’ll be fine.
Selalu ada hadiah
istimewa untuk orang-orang yang selalu peduli pada orang lain, Nay. Dan Allah
yang akan balas kepedulian kamu dengan CahayaNya. Dengan kebaikanNya.
Nay, kenapa aku menasehati
kamu. Naya yang sedang menasehati Naya. Karena penasihat, pemimpin, dan hakim
yang membimbing pada kebaikan dan menjauhkannya pada kehinaan, dan menjaga
manusia itu sendiri dari keburukan jiwanya ialah dirinya sendiri. Dirinya
sendiri.
Kamu enggak bisa jadi
penasihat, pemimpin dan hakim bagi orang lain ketika kamu belum mampu melakukan
hal yang sama pada dirimu sendiri,
Nay.
Nay, be brave.
Putuskanlah sesuatu dengan bijak. Dengan kepala dingin, dengan objektif. Bukan
tentang apa yang kamu suka. Bukan. Bukan tentang semua harus seperti apa yang
kamu mau. Enggak adil, Nay jika kamu berpikir seperti itu.
Kamu dilahirkan bukan
maumu. Kamu meninggal nanti waktunya pun bukan maumu. Jadi, kenapa sekarang
kehidupan kamu harus memaksakan seperti maumu?
Ada Yang Maha
Berkehendak. Allah membolak-balikkan hati seseorang untuk kebaikan ya Nay.
Allah enggak pernah menyuruh hambaNya untuk menyakiti, itu pilihan manusia,
Nay. Jangan salahkan kehendak Allah.
Mulai sekarang, jika
keputusanmu membuat banyak pihak bersedih karenanya, mengalah lah Nay.
Kebebasan kita bukan kebebasan yang mutlak. Kebebasan kita terbentur hak-hak
orang lain. Enggak ada yang bilang disini, di bumi, di dunia orang akan selalu
bahagia. Bukan disini, Nay tempatnya, Bukan.
You’ll be fine, Nay. You’ll
be fine. “
**hati itu tempat
perenungan, pemahaman dan petunjuk. Bicaralah dari hatimu ke hatimu.
0 komentar:
Posting Komentar