Pages

Senin, 24 Oktober 2016

Tanya hatimu, Nay



Sungguh, pada yang  demikian itu terdapat peringatan bagi orang yang memiliki hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikan.

Verily, therein is indeed a reminder for him who has a heart or gives ear while he is heedful.

QS 50: 37

foto diambil saat menunggu seorang teman untuk berbincang.


Suatu hari di Bulan September 2016 saya berbicara di depan cermin, berusaha menasehati diri saya sendiri terkait ada satu keputusan yang harus saya ambil.

Kira-kira gini percakapan saya dengan diri saya waktu itu:
***


“Hei kamu, Naya. Saya disini untuk menasehati kamu.

Ya saya: Naya. Dan kamu: Naya.

Sounds crazy, huh? Not really.

Nay, pernah dengar salah satu nasihat Rasulullah pada seseorang yang bertanya padanya tentang kebaikan:
“Apakah kamu datang kepadaku untuk bertanya mengenai kebaikan? Mintalah pendapat pada hatimu. Kebaikan itu adalah segala sesuatu yang menenangkan jiwa dan hatimu. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang membuat gundah jiwamu dan mengguncang dadamu.”

Atas dasar itulah mari kita berdialog. Dari hati ke hati. Aku tahu, kamu akan memutuskan satu hal yang teramat penting dalam hidupmu. Ya kan? Sesuatu  tentang pilihan yang didalamnya ada hal kamu idam-idamkan. Kamu sukai. Tapi tunggu. Sebelum kamu berteriak-teriak naif bahwa kamu juga berhak bahagia, pandanglah wajah-wajah orang yang mungkin akan tertunduk sedih akan keputusanmu. Posisikan kalau kamu itu dia, kamu itu mereka.

Nay, kalau kamu sedih ya cukup kamu yang sedih. Lain halnya kalau kamu bahagia tapi banyak orang yang sedih sama keputusan kamu, memangnya kamu masih bisa bahagia yang sebenar-benarnya?
Nay, kamu selalu berdoa untuk enggak pernah nyakitin perasaan orang lain, apalagi orang-orang terdekatmu. Karena kamu selalu punya pikiran; ketika aku jaga perasaan orang lain, Allah lah yang akan jaga perasaan aku. Aku akan baik-baik ketika aku melepaskan sesuatu yang ternyata keburukan untuk banyak orang terlalu banyak dibandingkan keegoan aku dalam mencari arti kata: “Bahagia.”

You’re such a good person, Nay. Perasaan kamu halus. Kesensitifan kamu akan perasaan dan mood orang sangat tinggi. Jadi, aku sangat yakin kalau kamu enggak bisa tahan saat banyak orang sedih, dan kamu ditengah-tengah mereka sedang merasakan euforia kebahagiaan. Enggak, Nay. Itu semu. Sungguh semu.

Berlarilah padaNya, menangis sejadi-jadinya. Minta dikuatkan. Minta dimudahkan. And I’m sure you’ll be fine.

Selalu ada hadiah istimewa untuk orang-orang yang selalu peduli pada orang lain, Nay. Dan Allah yang akan balas kepedulian kamu dengan CahayaNya. Dengan kebaikanNya.

Nay, kenapa aku menasehati kamu. Naya yang sedang menasehati Naya. Karena penasihat, pemimpin, dan hakim yang membimbing pada kebaikan dan menjauhkannya pada kehinaan, dan menjaga manusia itu sendiri dari keburukan jiwanya ialah dirinya sendiri. Dirinya sendiri.

Kamu enggak bisa jadi penasihat, pemimpin dan hakim bagi orang lain ketika kamu belum mampu melakukan hal yang sama pada dirimu sendiri, Nay.  
Nay, be brave. Putuskanlah sesuatu dengan bijak. Dengan kepala dingin, dengan objektif. Bukan tentang apa yang kamu suka. Bukan. Bukan tentang semua harus seperti apa yang kamu mau. Enggak adil, Nay jika kamu berpikir seperti itu.


Kamu dilahirkan bukan maumu. Kamu meninggal nanti waktunya pun bukan maumu. Jadi, kenapa sekarang kehidupan kamu harus memaksakan seperti maumu?

Ada Yang Maha Berkehendak. Allah membolak-balikkan hati seseorang untuk kebaikan ya Nay. Allah enggak pernah menyuruh hambaNya untuk menyakiti, itu pilihan manusia, Nay. Jangan salahkan kehendak Allah.

Mulai sekarang, jika keputusanmu membuat banyak pihak bersedih karenanya, mengalah lah Nay. Kebebasan kita bukan kebebasan yang mutlak. Kebebasan kita terbentur hak-hak orang lain. Enggak ada yang bilang disini, di bumi, di dunia orang akan selalu bahagia. Bukan disini, Nay tempatnya, Bukan.

You’ll be fine, Nay. You’ll be fine. “

**hati itu tempat perenungan, pemahaman dan petunjuk. Bicaralah dari hatimu ke hatimu.

0 komentar:

Posting Komentar