Pages

Minggu, 25 Mei 2014

perpus yg wajib dikunjungi



 pengen kesiniiiiii......;



·         Stuttgart City Library, Stuttgart, Germany
·         Trinity College Library, Dublin, Ireland
·         Library of Alexandria, Alexandria, Egypt
·         Real Gabinete Português de Leitura, Rio de Janiero, Brazil
·         The Royal Danish Library, Copenhagen, Denmark
·         George Peabody Library, Johns Hopkins University, Baltimore, MD
·         Kanazawa Umimirai Library, Kanazawa City, Japan
·         New York Public Library, New York City, NY

Orangtuanya Manusia



Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba Penulisan Blog “Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil”
Dalam satu hari, jadikan empat momen ini berharga. Hal ini dapat dilakukan pada anak usia dini:
  1. Ketika anak terbangun dari tidurnya di pagi hari, usahakan wajah yang pertama ia lihat adalah wajah orang tuanya. Apalagi jika diiringi oleh senyum dan sapaan selamat pagi hari dari orang tuanya. 
  2. Ketika berpisah pagi hari—anak berangkat ke sekolah atau orang tua yang berangkat kerja, jika bekerja—usahakan selalu memberi lambaian tangan dan tatapan mata sampai anak kita hilang dari pandangan.
  3. Ketika anak pulang sekolah atau orang tua pulang bekerja. Usahakan orang tua dan anak bertemu dengan sambutan dan sapaan hangat layaknya menyambut pejuang yang pulang dari medan pertempuran.
  4. Ketika anak tidur, usahakan wajah terakhir yang dilihatnya adalah wajah orang tua. Orang tua disarankan untuk mendongeng atau membacakan cerita kepada anak usia dini menjelang tidur. 
________________
Sumber: Chatib, Munif. 2013. Orangtuanya Manusia: Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak. Bandung: Kaifa. 

cerita dari screen-shoot



Apology doesn’t mean that you were wrong, or the other person was right. It means that your relationship is more valuable than your ego.
(Anonymous)

Minta maaf. Itu sesuatu hal yang sederhana namun terkadang suka terbentur dengan ego. Yup. Merasa benar, jadi persepsi nya kalau bilang maaf berarti salah.

***
You know what is scarier than ghosts? Human boo!!
@hippiemaster

Hahaha. That’s true!
Jadi inget tentang seorang temen yang punya kelebihan, bisa ngeliat mahluk or ngerasain keberadaan mahluk-mahluk halus. Ini dia ceritanya:

Gue tuh bs mulai melihat or merasakan “mereka” udah cukup lama. Pas kecil lah ya. Tapi lupa tepatnya kapan. Gue  tuh ga takut sama “mereka” namun bukan berarti menantang or ga peduli juga. Kadang suka diam bego kalo pas lagi ngeliat or ngerasain “mereka”. Sedikit shock. Cuma ya udahlah. Kadang-kadang si mahluk itu juga sama shock-nya sama gue suka bengong bego, sambil mikir: “Lah ko dia bisa liat guwe?” kikikikikkk. Tapi kadang ada yang mukanya sayu-sayu sedih kayak Nia Daniati. Yang terlihat banyak beban, gtu. Tapi ogah juga nanya kenapa dan mengapa mereka bermuram durja. Kayak gada kerjaan nampung-nampung cerita mahluk halus, masalah gue juga lebih banyak dan complicated, kali!
Balik lagi yah ke cerita mistis-mistis yg pernah terjadi dalam hidup gue. Banyak lah kejadiannya, ga mungkin gue certain satu persatu juga. Namun yang paling parah terjadi adalah pas di Tanah Lot, Bali. Ceritanya gimana? Ntar ah dalam judul yang berbeda. Kali ini gue mau cerita korelasi mahluk halus yang notabene ditakutin sama orang-orang pada umumnya itu ternyata masih kalah menakutkan manusia itu sendiri, menurut gue loh.
Jadi gini, Coba deh kalian pikirin. Mahluk halus bisa apa sih? Oke kita bahs contoh kecilnya ya. Mereka ga bisa ngomong panjang kali lebar kayak manusia, kan? Paling juga manggil-manggil nama elo lirih, malah bilang “assalaammualaikum” terkadang klo nih mahluk halus jin muslim atau sepatah dua kata deh. Apes-apes nya kalo “mereka” ketawa-ketiwi terlalu ngakak dan elo lagi capek jadi bisa denger mereka cekakak-cekikik. Gitu doing kok. Aseli. Ga pernah lah lebih dari puluhan kata. Ada sih, tapi jarang sekali lah itu. Nah balik lagi ke manusia, manusia itu kadang gue aneh sendiri deh. Ngomong ga berenti-berenti. Gapapalah kalo emang yang diomongin itu bermanfaat, saling tukeran ilmu, macam guru or dosen-dosen (lah mereka mah emang profesi nya lewat ngobrol, kali ya.) ya itu maksudnya. Klo yang diomongin penting mah ga masalah. Atau sekedar ngeluarin unek-unek pengen curhat sampai berjem-jem ngobrol, oke juga lah ini. Tapiiiii…. Plis lah klo ngomongin orang or ngomong sesuatu yg bisa nyakitin orang, apalagi sampe orang yang tersakiti sedih ato bahkan nangis, coba apa ini namanya klo ternyata manusia itu gak lebih nakutin gimana sama mahluk halus? Perasaan, selama yg gue tahu, gada mahluk halus yg bikin nangis. Ada sih yg jailnya ketulungan Cuma bisa lah dipersentasiin hanya 10% dari populasi mereka. Tapi klo manusia? Banyak ko yg suka bikin nangis manusia yang lain.
ayat8.pngDisadari atau tidak, gue juga mungkin suka ngelakuin hal ini. Nyakitin orang lain lewat omongan atau perbuatan. Disengaja atau tidak disengaja. Makanya gak salah dong klo Nabi Muhammad kita yang tercinta bersabda:
Yup! Bicara yang baik-baik saja atau mending diem.
Banyak lagi sih contoh yang lain, yg membuktikan
Kalo ternyata manusia lebih menakutkan dari hantu.
Tapi ini dulu lah ya, mau melipir. Inget-inget pernah
Gak nyakitin orang karena lidah ini :’)
Astagfirullahaladzim…





***

To: sparklingnaya@gmail.com                                        13 oktober 2013


Ela Rahmalia telah membuat komentar baru pada posting anda: “bukan, mungkin…”

Hello, mba J
Ijin mampir di blog mba yah, senangnya menemukan sesame alien, we are not alone (._.)v




Diposkan oleh ela rahmilia ke the story all of us
Pada 12 Oktober 2013 19.25


Saya menemukan email tersebut dengan perasaan campur aduk. Antara: “tuh kaaan, gue itu the real alien. Buktinya nih ada alien yang ngaku-ngaku sesama alien.” Atau: “Whattt? Gue se-aneh itu yah. Tuh pasntesan. Hemmm.” Ataauuuu: “gile! Gue manusia ihhhh. Not alien. Hellloooow.”
Masih banyak deh perasaan lain yang tak tergambarkan, namun ketika menyadari bahwa populasi INFJ di dunia memang termasuk jarang, hanya sekitar two point something in the whole world, saya pun menyadari bahwa kepribadian saya ini termasuk cukup langka dan berhak dilindungi *kenapa terdengar seperti komodo?* ya gitu deh yah. Mari saya terangkan apa-apa saja sih yg saya rasakan selama jadi seorang INFJ?
Satu, Ngantuk di dalam keramaian.
Nah ini tuh bisa dibilang aneh. Orang kebanyakan mah ngantuk pas lagi sendiri, berdua *ehh, iya pokonya suasana sepi-sepi gtu yah. Gue ko yah malah ngerasa kalau keramaian tuh cuma bikin badan gue lemes dan ngantuk. Orang hingar bingar nyerocos ketawa ketiwi, gue lagi-lagi Cuma berusaha melek dan nahan nguap. Takut disangka gak sopan juga terlihat kurang interest tapi suer bukan masalah interest atau engga tapi helllooww gue tuh kelelahan aja. Iya malahan dulu terkadang, waktu masih ngantor, temen-temen mah dah gak aneh kali klo liat gue telungkup di meja kantor sekitar jam tigaan. Lemes. Ngantuk. Dan sialnya, ngantuk tuh obatnya Cuma tidur. Ngopi? Ah gak ngaruh kayaknya gue dah kebal sama caffeine :D
Dua,

***
My favorite lines in movie: “Nights in Rodanthe”:
“There’s another kind of love, Amanda. One that gives you the courage to be better than you are not less than you are, one that makes you feel anything is possible.

Lagi ga mau ngomongin cinta-cinta an sama mahluk J
Masih belajar untuk lebih cinta sama Allah SWT.
Kadang ironis, ketika cinta sama mahluk bisa tumbuh subur sedemikan rupa dan sedemikian dalam, kenapa padaNya justru kadang timbul-tenggelam?
Astagfirullahaladzim.

***

I love writing. It’s the center of my life. If you don’t love what you do, you’d betterfind something else to love. Otherwise, you don’t have a reason for living.
(Ray Radbury)

Hei.
Bagi saya, sumber kebahagiaan setiap orang sungguh berbeda-beda. Saya gak bisa bilang bahwa orang yang membelanjakan uangnya untuk sepatu, tas atau benda lain itu salah or engga banget. Mungkin itulah sumber kebahagiaan orang itu. Ketika membeli benda-benda yang disukainya dan kebetulan benda-benda itu ya sepatu, tas atau benda lainnya.
Saya juga gak bisa bilang klo naik gunung itu melelahkan dan kenapa sih ada orang yang mau-mau nya susah payah naek gunung?
Atau saya gak bisa bilang kalau: “ko bisa suka sih sama olahraga? Cape kan?”
 atau beribu-ribu hal lain yang menurut saya aneh, kenapa orang-orang mau melakukannya sedangkan saya tidak?
NO. big NO. buat orang yang pandangannya sempit, kurang mengerti keberagaman, mungkin pikiran itu bisa terlintas. Tapi buat saya, yg menghargai perbedaan, amat sangat mengerti bahwa tiap kita berbeda dalam menjalani kesukaan, itu bukan big deal.
Point nya disini adalah ketika kita melakukan sesuatu memang berdasarkan apa yang kita suka itu akan jauh lebih menyenangkan, berada di lingkungan yang kita sukai, itu juga akan memunculkan potensi-potensi luar biasa dalam diri kita dibanding ketika kita melakukan suatu hal dengan terpaksa. Tapi again, mungkin bisa saja kita harus melakukan keterpaksaan itu karena terbentur dengan kebutuhan. That’s why saya sangat bersyukur ketika saya dikasih kesempatan untuk melakukan yang saya suka: Menulis dan membaca.
Saya sangat suka menulis. Menuangkan pikiran-pikiran yang berkecamuk di pikiran saya. Membaca, itupun hal yang memperkaya saya dengan berbagai sudut pandang.
Ah, terimakasih Ya Allah, terimakasih telah memberikan kesempatan waktu untuk saya melakukan hal yang saya sangat suka, sumber kebahagiaan untuk saya itu duduk manis di depan laptop sambil menyeruput teh hangat atau duduk dimanapun dengan tenang sambil membaca. Mencatat hal-hal yang saya suka dan bisa saya ambil dari tiap katanya.

***

"hasil bbm-an sama teman"



Hasil BBM-an sama seorang teman:
(Setelah si teman update status BBM nya dengan: “Ya Allah…tolong Hamba..”, saya mencoba bertanya ada apa. Kalau-kalau ada hal yang perlu saya bantu.)
Saya: Kenapa, Ceu? Statusnya.
Teman: hehe, Engga apa-apa. Pengen cepet kaya.
Saya: hehehe. Aamiin.
***
Percakapan itu memang hanya berhenti disana namun pikiran saya setelahnya tak bisa behenti. Ada hal yang membuat saya terpaku beberapa detik tentang apa yang disebut kaya raya, berkecukupan dan merasa cukup.
Saya sekarang adalah seorang istri yang sudah tidak bekerja kantoran dengan gaji bulanan. Sekarang saya hanya memberi kursus private Bahasa Inggris dan itupun hanya satu kelas, katakanlah. Otomatis banyak hal yang berbeda dari kehidupan saya sejak empat tahun lalu (Mei ini 5 tahun, tepatnya) baik dari segi keuangan dan penghasilan maupun kegiatan saya sekarang. Walaupun saya masih mendapatkan honor mengajar, tidak sepenuhnya tanpa penghasilan sama sekali yang jumlahnya bisa dibilang hanya sekitar 25% dari gaji bulanan yang biasa saya terima, namun Alhamdulillah saya merasa cukup.  
Alhamdulillah tawaran mengajar mengalir. Sebenarnya saya masih bisa mengajar beberapa kelas lagi dan bisa juga berpenghasilan sama dengan bekerja di kantor, namun setelah diskusi dengan suami, saya pun mengurungkan niat. Saya pun terpaksa menolak dengan halus tawaran-tawaran tersebut.
***
                Well, kembali lagi ah ke tiga hal yang menari-nari di pikiran saya, kaya raya, berkecukupan dan merasa cukup tadi ya. Menurut saya, tiga hal tersebut adalah sesuatu hal yang saling berkaitan, yaitu hasil dari paradigma atau cara pandang saya. Ketika saya merasa kekurangan uang, ingin ini-itu tapi belum punya uang untuk memebelinya, otomatis saya merasa tidak kaya raya, bukan? Saya merasa ingin seperti orang lain yang bisa punya ini-itu tadi. Namun, ketika saya mencoba membalikkan paradigma berpikir saya bahwa saya masih sangat beruntung, punya tempat tinggal yang nyaman, ada kendaraan yang walaupun sederhana tetapi masih bisa mengantar suami mencari nafkah serta mengantar kami berjalan-jalan, ada makanan yang selalu terhidang di meja makan walaupun tidak selalu daging mahal, banyak hal lain yang tentunya saya akan merasa berkecukupan ketika saya membandingkan dengan teman-teman lain yang belum tentu mempunyai hal tersebut. Alhamdulillah. Saya pun ternyata berkecukupan. Malah lebih berkecukupan.
                Hati ini otomatis akan membuat saya selalu merasa cukup, berterimakasih dan bersyukur terhadap apa-apa yang telah suami saya berikan. Ah, rasanya semua yang telah suami berikan berapapun, apapun belum tentu saya mampu mebalasnya ketika ada keikhlasan di setiap peluh dan doa-doa nya.
                Saya ingin selalu menjadi istri yang mempunyai sifat Qanaah, selalu merasa cukup. Saya tidak ingin membebankan suami saya dengan hal-hal yang bersifat materi. Jika ingin sesuatu, saya ingin belajar dengan menabung terlebih dahulu. Mempunyai kebijakan untuk membedakan apa yang disebut dengan kebutuhan dan keinginan.
                Namun ini bukan berarti saya dan suami tidak mempunyai mimpi, cita-cita serta keinginan. Manusiawi ketika kita menginginkan sesuatu namun tanpa melupakan dan tetap bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki dan saya sekarang kurang menyukai kata: “kaya raya”. Saya lebih menyukai kata “kebahagiaan.” Menurut saya maknanya sama, dua-duanya bermakna relatif dan tiap orang berbeda-beda, namun yang pertama terdengar terlalu duniawi J *ini pendapat saya loh.
***