Pages

Selasa, 26 Mei 2015

Acara seru saat Ulang Tahun Museum Geologi yang ke-86



The more you know about past, the better prepared you are for the future ~Theodore Roosevelt
Apa sih yang terbersit di benak kamu saat kata “museum” melintas? Hayo apa? Saya menyadari bahwa mungkin gak banyak orang yang suka dengan museum. Selera orang berlainan kan yah. Ada yang menganggap museum itu seru, ada juga yang menganggap membosankan. It’s up to you. Saya pribadi menganggap bahwa museum itu sesuatu yang seksi dan penuh dengan kemisteriusan. Tapi sekarang, saya punya pandangan plus terhadap museum yaitu FUN! Hemmm.. kok bisa? Simak yuk cerita saya selengkapnya.

Iya acara yang digelar Museum Geologi sangatlah fun. Rabu tanggal 20 Mei 2015, saya mewakili komunitas Kelola Buku Kita (Kebukit) untuk menghadiri acara Ulang Tahun yang ke 86 Museum Geologi. Acara berlangsung 2 hari. Hari pertama seminar dengan tema: “Semangat Museum Untuk Konservasi Berkelanjutan.” 

Sebelumnya acara dibuka oleh Bapak Sinung Baskoro selaku Kepala Museum Geologi. Lalu ada tiga pembicara yang keren-keren yang mengisi acara tersebut. Pertama adalah Profesor Mubiar Purwasasmita. Beliau Ketua Umum Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda, Staf pengajar Teknik Kimia ITB, yang paling menarik yaitu pemaparannya tentang filosofi ‘Patanjala’. Kearifan tata ruang budaya Sunda.

Pembicara kedua adalah Mbak Anil, Beliau staf Divisi Zero Waste Lifestyle YPBB. Mbak Anil memaparkan" Pengelolaan Sampah Di Tingkat Rumah Tangga". Penting banget nih buat Ibu-Ibu sebagai Manajer rumah tangga. Hihihi. Pemisahan sampah itu pentiiiing. Mbak Anil ini menjelaskan penyakit-penyakit yang bisa timbul karena sampah lalu ada tentang alur perjalanan sampah dari rumah kita sampai ke TPS itu seperti apa. Boleh sms ke 082210007474 kalau ada info terkait sampah. Boleh juga langsung kunjungin Twitter-nya untuk info lebih lanjut ke @bebassampah.id

Saya pribadi menyukai tema yang diusung. Lalu salut dengan para pembicara yang luar biasa berdedikasi terhadap lingkungan. Pengetahuan saya tentang lingkungan bertambah. Oiya, MC dari penyiar Rase FM yang lucu bingit juga turut menyemarakkan acara. Ada lagi penampilan keren accoustic dari Hans and Friends yang memberikan hiburan di sela-sela acara. Nice choice of entertainment!

Pembicara ketiga adalah favorit saya, Bpk T. Bachtiar, beliau adalah Masyarakat Geografi Indonesia, Kelompok Riset Cekungan Bandung dan Penggiat Geotrek.

Kamis keesokan harinya lebih seru lagi, acara kedua yaitu geotrek ke Rajamandala, di sekitar Waduk Saguling, yaitu ke Sanghyang Poek dan ke Sanghyangtikoro yang acaranya seru luar biasa! Informasi selengkapnya tentang kedua Sanghyang bisa diintip di disini

Kamu udah tau belum geotrek itu apa? Jujur aja, saya pribadi baru tahu tentang geotrek. Hihihihi. Geotrek adalah perjalanan menafsir bumi. Bukan hanya jalan-jalan hahahihi, liat pemandangan dan foto-foto. Salah satu kelebihan geotrek adalah adanya pengetahuan geologis yang akan dijelaskan oleh ahlinya. Jadi di sela-sela acara akan ada penjelasan dengan laboratorium alami. Jadi kita bisa refreshing sekaligus dapet pengetahuan dari Sang Ahli dalam waktu yang bersamaan. Sounds great ya kaaan?  Bisa di liat di foto-foto berikut ini tentang keseruan acaranya.






Foto disebelah saat menuju waduk saguling untuk mencium aroma polusi dari limbah Pabrik-Pabrik yang langsung di buang ke sungai. Hikss.
Silahkan lihat foto-fotonya dan ikut merasakan keseruannya. Thanks ya Museum Geologi. Selamat ulang tahun yang ke-86. Semoga bisa terwujud visi besarnya yaitu menjadi sumber informasi geologi Indonesia.


~Naya
mari selfie dengan background Pipa-pipa pemasok air bersih untuk warga Jakarta


saat mendapat penjelasan gelogistang tentang Saguling

Menuju Sanghyangtikoro
Makan siang bersama di atas bebatuan sungai
selain memotret pemandangan dan suasana, ini pun ter-capture di Hp saya. Mas Mirza Pratomo anggota gank-nya Museum Geologi yang total kalo motret.
Bpk T. Bachtiar sedang menjelaskan tentang Sanghyangtikoro
Dapet kesempatan selfie sama the one and only Bpk T. Bachtiar. Hihihi







Minggu, 17 Mei 2015

Deep talk with Mitch Albom in Tuesdays with Morrie



Aku tidak tahu cara mengucapkan perpisahan
~Mitch Albom



Heheuheu.. Blog saya sudah banyak sarang laba-laba ternyata. Huffttt. Udah 16 hari gak dikunjungi. Kemana aja sih, Naya? Ahhh.. iyah kemarin-kemarin lagi agak-agak sok sibuk Kasian laptopku. Dia sampai-sampai curhat di postingan ini. Huahaha.

Tapi, walaupun menghilang dari dunia tulis menulis blog, proses kreatif terus berjalan kok. Azeeek. Ya harus kan. Salah satunya adalah membaca dan menghayati sampai dalam beberapa buku. Ah ini dia kebiasaan itu, berpikir mendalam. Heuheuheu. Eh tapi saya setuju dengan quote dari diri saya sendiri yang berbunyi: “Membaca itu belum tentu mendengarkan. Kalau mendengarkan pasti membaca.” What does it mean? Iyah, kalau membaca, hanya sekedar menelusuri huruf demi huruf dan sekedar tahu. Tapi ketika proses membaca melibatkan proses mendengarkan, saya biasanya akan memikirkan lalu mempraktekkannya sedikit-sedikit lalu menganalisa dari sudut pandang saya. Hahaha. Ribet banget ya? Ah, saya suka ko yang ribet-ribet :P 

Salah satu buku yang indah sekali yang gak bosen-bosennya saya baca adalah buku “Tuesdays with Morrie” by Mitch Bloom. Buku ini saya temukan di dalam sebuah novel berjudul “L”. Novel seru dan asyik yang harus deh dibaca. Dalam novel “L” ini tokohnya membahas tentang novel ‘Tuesdays with Morrie” dan entah kenapa my gut feeling langsung bilang: Naya, you should read this book! Okay and then I got it. My feeling is right. I love that book. 

Ini nih beberapa kata yang bikin saya rada-rada melongo sesaat.

# The tension of opposites. Hidup ini merupakan rangkaian peristiwa menarik dan mengulur. Suatu saat kita ingin mengerjakan satu hal, padahal kita perlu mengerjakan sesuatu yang lain.  Ada sesuatu yang membuat kita sakit, namun kita tahu bahwa seharusnya tidak demikian. Kita menerima hal-hal tertentu begitu saja, bahkan meskipun kita tahu bahwa seharusnya kita tidak pernah menikmati sesuatu secara cuma-cuma.

# ... kadang-kadang kita tak boleh percaya kepada yang kita lihat, kita harus percaya kepada yang kita rasakan. Dan jika kita ingin orang lain percaya kepada kita, kita harus merasa bahwa kita dapat mempercayai mereka juga, bahkan meskipun kita sedang dalam kegelapan. Bahkan ketika kita sedang terjatuh.

# Kebanyakan kita hidup seperti orang yang berjalan sambil tidur. Kita sesungguhnya tidak menghayati dunia ini secara penuh, karena kita separuh terlelap, mengerjakan semuanya yang terpikir oleh kita.

#... Jika kau menerima bahwa kau dapat mati kapan saja barangkali kau tak akan seambisius sekarang.

# Seperti kata penyair besar Auden, “Saling mencintai atau punah dari muka bumi.”

# ... Tapi mematikan perasaan tidak berarti kita tidak membiarkan pengalaman meresap ke dalam diri kita. Sebaliknya kita membiarkan pengalaman meresap secara penuh. Itulah sebabnya kita dapat mematikan rasa.
Ah masih banyak pokoknya. Tapi itu yang paling saya suka. Kenapa saya gak bercerita tentang apa sih bukunya disini, hihihihi.. udah banyak banget reviewnya, sila googling yah manteman. Ssegitu aja dulu seportasenya yah. Keep reading ya.



~Naya

curhat laptop saat dicuekin



Dancing fingers on keyboard ~laptop


Aku menguap. Semburat cahaya menyilaukan mataku. Aku melihat ke sekeliling. Si Tuan sedang ‘berbicara’ dengan smart phone-nya. Huh. Sudah beberapa hari ini aku sering banget dicuekin. Okay, fine. Itu kan hak dia. Tapi aku kangen sekali jari-jarinya menghentak-hentakkan tubuhku. Ya, itulah gunaku. Kalau seperti ini, aku kok berasa sedikit tak berguna di dunia ini. Aku menguap lagi. Si Tuan mulai beranjak dari tempat duduknya. Aku berharap Tuhan menggerakkan tangannya dan menggapaiku. Namun yang terjadi dia hanyalah menayapaku; “Hai, maaf aku sedang tak mood menulis.” Sial. Dia itu kenapa sih? Bukankah menulis itu panggilan? Berarti dia merasa sedang tak ada yang memanggil-manggilnya untuk menulis? Aku sedari tadi menjerit-jerit memanggilnya. Tak ia dengarkah itu?

Aku suka sekali saat ia mulai mendekatiku. Mengelusku lalu membukaku perlahan. Biasanya ada beberapa percakapan singkat antara aku dan dia. Yang hanya kita mengerti pastinya.Aku suka saat melihat si Tuanku itu mengerut-ngerutkan keningnya. Tanda ia sedang berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk ia ketik.

Ah, dia sedang sibuk dengan dunianya yang entah apa. Aku merindukan sekali dia dan aku berdua bergerumul melewati waktu. Duduk di pojok ruangan dan tak menghiarukan apapun selain kata-kata yang mengalir deras dari pikirannya, jiwanya. Bahkan hitungan jam tak terasa kita lewati.
Ayolah, kembali padaku. Kembalilah menulis. Dunia membutuhkan kita.  



Aku, 



laptopmu

Jumat, 01 Mei 2015

Sejuta cerita dibalik sebuah cangkir: Hot Choco #2



 Yang satu dari Neptunus, yang satu dari Pluto. Saking anehnya samaan. ~Naya


Mau bikin cerita ah.

Pada suatu hari ada dua manusia berjalan bergegas. Seorang lelaki dan seorang perempuan.Tertawa-tawa. They’re good friend. Menertawai banyak hal. Kita sebut siapa yah kira-kira mereka? Gimana kalau the Encyclopedia guy dan The Grumpy girl. Kenapa memilih nama itu? Karena si lelaki selalu bercerita tentang apa saja, siapa saja, seolah-olah stok ceritanya kalau diceritakan bisa nyampe dua ratus tiga puluh lima hari nonstop! Ya that’s true. Dan si sahabat wanitanya hanya tertawa-tawa lagi dan lagi. Nah kalau si wanitanya kenapa disebut grumpy? Ya karena dia sering marah-marah gak jelas. Apalagi kalo lagi PMS. Mereka sosok dua sahabat yang seru. Ya gimana gak seru dua-duanya berasal dari planet nun jauh disana. Yang satu dari Neptunus, yang satu dari Pluto. Wkwkwkwk. Saking anehnya samaan. 

Seperti biasa, si Encyclopedia guy decide where they’ll eat. Luruslah ke suatu tempat yang disebut sugar rush di salah satu pusat perbelanjaan. Grumpy girl celingukan. Selalu begitu setiap di tempat baru. Sekalian nyari colokan buat ngecharge handphonenya yang sekarat. 

Nih hot choco yang dikomplen abis-abisan

Si Grumpy girl memesan something with green tea yang kemanisan. Si Encyclopedia guy memesan hot choco. Dari tampilannya menarik. Tapi tetep di komplen. Gini katanya: Ah, cair. Bukan hot choco ini mah. Lalu bla bla bla. Cerita seputar hot choco yang pernah dia nikmatin di tempat antah berantah yang katanya mirip Cadbur* meleleh. Kentel banget. Sampe diaduk aja susah. Si Grumpy girl hanya cekikikan.

Obrolan demi obrolan. Dari film Nothing Hill-nya Julia Roberts yang digilai mereka sampe seputar curhat yang gak direncanakan. Mencair begitu aja. Bla bla bla bla bla. Ha ha ha ha. Lalu terdiam dan beberapa saat ketawa lagi.
Tiba-tibaaaa.. Encyclopedia guy memanggil si mbak waitress dan dari gelagatnya sih kayak yang pesen diputerin lagu gitu. Trus mukanya kecewa karena kata si Mbaknya, disitu musik nya centralized. So gak bisa seenak udel di atur-atur. How bout Grumpy girl liat kelakuan sobatnya? Masih ketawa-ketawa sambil geleng-geleng. Lalu dalam hati menggumam: ih kayak novel sok-sok request lagu. Hhhhh. Orang aneh. Only that. Tanpa prasangka apa-apa. Entah lagi terbang kemana sinyal intuisinya saat itu. 

Sempat terbersit pertanyaan ‘why did he do that?’ dan ada sebuah jawaban yang muncul disana. Namun itu ditepisnya. He’s my best friend. Ever! Temen gila bareng. No way!

Hot Choco diam membisu gak disentuh-sentuh lagi karena terlalu cair. Secair suasana curhat sahabat saat itu.
***



~Naya