Pages

Selasa, 20 Januari 2015

Book Review: Supernova: Gelombang



~ Pada akhirnya, aku menyerahkan diri, mengakui bahwa ketidakberesanku adalah titik lemah yang harus diperiksa dan diperbaiki, bukan kekuatan yang selamanya bisa kubanggakan. (Page 272)

~ “Kalau kalian sudah siap bicara seperti spesies yang ber-intelegensi dan berpendidikan, kasih tau saya.” (Page 295)

~ ...Apapun masalah di antara kalin berdua, aku harap kita tetap mengingat niat baik dan memaklumi keterbatasan kita masing-masing. Jadi, bisakah mulai saat ini kita kembali berdiskusi dengan beradab?” (Page 295)

***
Dari mulai kata pertama yang kubaca, novel ini sudah berhasil menyeret-nyeret untuk segera kulumat habis. Dan akhirnya memang berhasil dihabiskan dalam waktu kurang dari 10 jam (pake acara jadi gak mandi seharian segala lagi. Ahahaha)

Udah selesei baca, jadi lumayan dapet banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengendap di pikiran aku. Aku seolah tersadarkan.
Semua isi novel ini memang tentang sesuatu yang sangat amat menarik buatku. Mimpi, lucid dream. Merasa telah mengenal seseorang selama berabad-abad. Lalu ada tentang pertanda yang hanya bisa dirasakan namun hard to explain.

Oya, aku juga jadi punya pengetahuan tambahan tentang budaya batak, kepercayaan leluhur batak, beberapa istilah-istilah batak, itu jelas sesuatu yang informatif. Keren,

As always, Supernova selalu luar biasa cerdas karena butuh riset yang sangat dalam dan sang tokoh utama, Alfa,  sangat bikin aku jatuh cinta. Kecerdasan, ketakutan, dan kekuatannya berpadu jadi sesuatu yang sangat emm.. seksi?

Tambahan lainnya adalah novel ini berlatar belakang New York, jadi aku bisa sedikit tahu tentang cara pemahaman dan pemikiran beberapa tokoh yang cukup bisa mewakili orang-orang disana. Misalnya, bahwa di Amerika, when somene say; Lalu ada tentang Wall Street yang memang bikin ngeri ketika tau tekanan kerja dan ritme nya. Tapi sepadan dengan pundi-pundi yang dihasilakan.

For all, novel ini sangat classy dan punya daya magis yang gak sembarangan. Walaupun beberapa kalanganan bilang novel dee sepernova ‘berat’ untuk dimengerti, tapi tetep aja khas gokil dee-nya lumayan bikin lumer saat kening rada-rada mengerut. Humor-humor nya cukup asyik. Seperti nama-nama saudara kandung Alfa yang ya ampun kepikiran banget sih ih.

Well, I bet the author really enjoy while write it so aura jatuh cinta antara penulis dan karyanya kental banget kurasakan.

Dari Novel Supernova pertama: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, Akar, Petir, Partikel dan Gelombang, memang gelombang ini pun pembuka mata rantai dari empat novel sebelumnya. Segalanya mulai tampak jelas dan tercerahkan. Tapi tetep, tokoh Elektra di Petir yang masih gue banget mah :D

 Baiklah, mari kita merapat ke beberapa words yang favorite aku banget;

~Tidur delapan jam adalah mitos yang harus siap-siap kamu lempar ke luar jendela, buang jauh-jauh ke tempat berkumpulnya naga dan Sinterklas.

~Bagi saya, insomnia ini memang bukan sesuatu yang harus disembuhkan,. Kalau saya bisa memanfaatkannya dengan baik, itu namanya adaptasi. Evolusi.” (page 259)

~Begini paradoksnya; semakin dalam kamu jatuh dan membiarakn dirimu tenggelam, kamu akan akan tiba di tujuanmu. Kesakitanmu muncul ketika kamu berusaha pergi. Tidak pernah ke atas, Gelombang. Lihat ke dalam.”

~Dalam waktu yang rasanya berlangsung abadi, aku merasakan ketakutanku, begitu besar dan berkuasa, melumat dari segala arah. Kali ini, aku tidak melawan. Aku membiarkan pusaran itu mengisapku hingga ia menciutkanku menajdi sebuah titik. Dan, dari titik itu, aku melihat cahaya.

~Hmmm. Terima saja/ Stay with the pain. Breathe.
... and many more.         

salah satu halaman yang bikin ngeri
 
Agree! I'm not seeking for approval.

0 komentar:

Posting Komentar