Surat
ini kutulis teruntuk seorang wanita disana, yang sedang merajut rindu untuk
lelakinya, lelaki yang sama dengan lelaki yang kurindukan juga disini.
Selamat pagi,
Aku hanya mengenal kamu dari sedikit cerita
dan pernah beberapa kali melihat fotomu menggendong anak kalian yang tampan
itu. Ijinkan aku menuliskan surat ini. Surat yang mungkin takkan pernah sampai
ditanganmu, namun aku selalu berharap bahwa langit akan berbaik hati
membisikannya padamu suatu saat nanti.
Kamu wanita yang baik, aku yakin itu. Mungkin
bukan wanita yang selalu menghujani lelakimu itu dengan berbagai perhatian, kamu
juga bukan wanita yang romantis seperti aku. Kamu mungkin bukan tipe seperti
itu tapi entah mengapa aku yakin kamu wanita yang baik, sangat baik.
Kamu tahu, bahwa di dunia ini tak ada
kejadian yang kebetulan belaka? Segala sesuatu sudah beredar sesuai dengan
garis edarnya, seperti planet-planet yang setia menyusuri orbit-orbitnya.
Apakah kamu percaya itu seyakin aku akan hal itu? Pertemuan dengan seseorang
ataupun kejadian demi kejadian yang dialami, apakah itu suatu hal yang terjadi
begitu saja? Tentu tidak, bukan? Ada yang Maha Mengatur.
Tujuan
aku menulis ini pun ingin sekali menyampaikan bahwa siapapun termasuk aku tidak
ada yang mengharapkan banyak kejadian-kejadian dalam hidup aku yang harus
melibatkan lelakimu itu. Aku tidak pernah berharap hal ini terjadi. Sungguh.
Aku berusaha untuk mengakhiri nya sejak
berbulan-bulan yang lalu, namun entah kenapa, kami berdua seperti terjaring,
tak bisa benar-benar saling melepaskan. Ada sesuatu hal yang membuat kami
saling tarik-menarik sama seperti dua kutub yang berlawan, tak bisa pisah.
Ini bukan hanya perkara siapa yang mengejar
atau siapa yang dikejar. Bukan perkara sesederhana seperti itu. Ini juga bukan kisah percintaan penuh
romantisme picisan yang sebentar hilang, sebentar datang. Mungkin ini lebih
dari itu, ini tentang kebermaknaan.
Apabila dua manusia yang sedang bersama
menemukan makna dalam kebersamaannya, mereka akan punya alasan sangat kuat
untuk terus bersama. Itulah kebermaknaan. Sesuatu itu menjadi bermakna apabila
sesuatu itu memang penting dan berharga bagi diri kita.
Kami selalu bisa membicarakan hal apa saja,
apapun itu akan terasa seru dan menarik
untuk diperbincangkan, kami saling “jatuh cinta” dengan cara bertutur,
dengan cara kami mendiskusikan suatu hal, dengan cara kami saling mendengar dan
bercerita.
Maaf, tapi itulah yang terjadi.
Itulah yang sesungguhnya terjadi. Bahkan
sejak agustus tahun lalu, aku berusaha untuk tidak bertemu dengannya. Aku
memutuskan untuk menahan diriku untuk bertemu dengan lelakimu itu. Biarlah
seperti ini. Aku tahu, lelakimu
berusaha untuk tidak melakukan kontak fisik apapun denganku, itu yang perlu
kamu tahu.
Mungkin kamu sudah muak membacanya, kan?
Mungkin juga kamu tidak ingin tahu apa-apa lagi. Baiklah. Tapi tetap akan aku
jelaskan semuanya.
Kamu pasti sedih dan kecewa karena mendengar
bahwa lelakimu itu punya banyak hubungan dengan beberapa perempuan selain aku.
Aku sudah cukup banyak tahu soal itu. Namun, sekali lagi, apapun yang lelakimu
itu lakukan diluar sana, tidak akan menjadi urusanku. Terkadang hal-hal yang
kudengar itu sempat mengaduk-aduk perasaanku, namun lagi-lagi aku tersadar
bahwa aku hanya menghargai apa-apa yang dia lakukan dan kami lakukan selama
ini. Itu berbeda dengan sesuatu diluar sana, mungkin. Namun pasti itu tetap
menyakitimu, maaf.
Dear kamu, wanita yang ingin sekali aku
temui,
Rasa-rasanya, ini sangat tak adil bagimu.
Sungguh ini sangat tak adil. Bagaimanapun, aku menyukai kebersamaan dengan
lelakimu. Ini salah dan seharusnya tak pernah terjadi.
Aku tak akan meminta untuk dimengerti ataupun
dimaafkan, tapi tolong percaya bahwa aku pun berusaha untuk selalu mengakhiri
semua ini. Bagaimanapun, kita sama bahwa kita wanita, seharusnya aku bisa lebih
memahami perasaanmu bukan terus menikam perasaanmu detik demi detik.
Andai kamu tahu, aku pun tak pernah meminta
menemukan kepingan yang membuat puzzle aku utuh pada diri lelakimu. Ini tidak
sengaja, walau Tuhan yang pastinya sengaja mempertemukan kami. Walau dengan
cara dan di waktu yang tak pernah kami mengerti.
Aku selalu berdoa, semoga dia, lelakimu itu
tak pernah menghubungiku lagi karena dengan begitu tentu saja aku takkan pernah
mencarinya dan itu berarti ini selesai. Tapi kamu tahu, bahwa sulit sekali
untuk aku untuk mendorongnya pergi ketika dia ada dihadapanku. Lelakimu itu
terlalu istimewa. Maaf. Aku mohon maaf atas kelancanganku memujinya dan
mengatakannya padamu.
Dear kamu, wanita yang sangat aku hormati
Aku masih tidak tahu dengan takdir dan dengan
hal yang akan terjadi esok. Itu semua masih misteri kan untuk kita. Namun, aku
selalu berdoa bahwa itu semua baik untuk kita; kamu, aku dan lelakimu. Apapun
itu. Mungkin kita tidak akan pernah mengerti hal ini sekarang, tapi suatu saat
nanti kita pasti akan mengerti. Aku yakin itu. Pemahaman dan penerimaan akan
beriringan mendekati kita pada saat yang tepat sehingga kita bisa melihat hal
ini dari sisi lain yang mungkin belum mampu kita jangkau saat ini.
Namun, aku mohon. Maafkan aku. Menyakitimu
sedemikian dalam. Aku benar-benar minta maaf. Kamu wanita yang baik dan tak
seharusnya siapapun menyakitimu termasuk aku. Aku memang bodoh dan tak
berperasaan.
Dari aku,
Wanita yang mengagumi lelakimu
0 komentar:
Posting Komentar