Pages

Minggu, 18 Januari 2015

Surat Untuk Dia



Surat ini kutulis teruntuk seorang wanita disana, yang sedang merajut rindu untuk lelakinya, lelaki yang sama dengan lelaki yang kurindukan juga disini.



Selamat pagi,

Aku hanya mengenal kamu dari sedikit cerita dan pernah beberapa kali melihat fotomu menggendong anak kalian yang tampan itu. Ijinkan aku menuliskan surat ini. Surat yang mungkin takkan pernah sampai ditanganmu, namun aku selalu berharap bahwa langit akan berbaik hati membisikannya padamu suatu saat nanti.

Kamu wanita yang baik, aku yakin itu. Mungkin bukan wanita yang selalu menghujani lelakimu itu dengan berbagai perhatian, kamu juga bukan wanita yang romantis seperti aku. Kamu mungkin bukan tipe seperti itu tapi entah mengapa aku yakin kamu wanita yang baik, sangat baik.

Kamu tahu, bahwa di dunia ini tak ada kejadian yang kebetulan belaka? Segala sesuatu sudah beredar sesuai dengan garis edarnya, seperti planet-planet yang setia menyusuri orbit-orbitnya. Apakah kamu percaya itu seyakin aku akan hal itu? Pertemuan dengan seseorang ataupun kejadian demi kejadian yang dialami, apakah itu suatu hal yang terjadi begitu saja? Tentu tidak, bukan? Ada yang Maha Mengatur.
 Tujuan aku menulis ini pun ingin sekali menyampaikan bahwa siapapun termasuk aku tidak ada yang mengharapkan banyak kejadian-kejadian dalam hidup aku yang harus melibatkan lelakimu itu. Aku tidak pernah berharap hal ini terjadi. Sungguh.

Aku berusaha untuk mengakhiri nya sejak berbulan-bulan yang lalu, namun entah kenapa, kami berdua seperti terjaring, tak bisa benar-benar saling melepaskan. Ada sesuatu hal yang membuat kami saling tarik-menarik sama seperti dua kutub yang berlawan, tak bisa pisah.
Ini bukan hanya perkara siapa yang mengejar atau siapa yang dikejar. Bukan perkara sesederhana seperti itu.  Ini juga bukan kisah percintaan penuh romantisme picisan yang sebentar hilang, sebentar datang. Mungkin ini lebih dari itu, ini tentang kebermaknaan.
Apabila dua manusia yang sedang bersama menemukan makna dalam kebersamaannya, mereka akan punya alasan sangat kuat untuk terus bersama. Itulah kebermaknaan. Sesuatu itu menjadi bermakna apabila sesuatu itu memang penting dan berharga bagi diri kita.
Kami selalu bisa membicarakan hal apa saja, apapun itu akan terasa seru dan menarik  untuk diperbincangkan, kami saling “jatuh cinta” dengan cara bertutur, dengan cara kami mendiskusikan suatu hal, dengan cara kami saling mendengar dan bercerita.
Maaf, tapi itulah yang terjadi.

Itulah yang sesungguhnya terjadi. Bahkan sejak agustus tahun lalu, aku berusaha untuk tidak bertemu dengannya. Aku memutuskan untuk menahan diriku untuk bertemu dengan lelakimu itu. Biarlah seperti ini. Aku tahu, lelakimu berusaha untuk tidak melakukan kontak fisik apapun denganku, itu yang perlu kamu tahu.

Mungkin kamu sudah muak membacanya, kan? Mungkin juga kamu tidak ingin tahu apa-apa lagi. Baiklah. Tapi tetap akan aku jelaskan semuanya.

Kamu pasti sedih dan kecewa karena mendengar bahwa lelakimu itu punya banyak hubungan dengan beberapa perempuan selain aku. Aku sudah cukup banyak tahu soal itu. Namun, sekali lagi, apapun yang lelakimu itu lakukan diluar sana, tidak akan menjadi urusanku. Terkadang hal-hal yang kudengar itu sempat mengaduk-aduk perasaanku, namun lagi-lagi aku tersadar bahwa aku hanya menghargai apa-apa yang dia lakukan dan kami lakukan selama ini. Itu berbeda dengan sesuatu diluar sana, mungkin. Namun pasti itu tetap menyakitimu, maaf.

Dear kamu, wanita yang ingin sekali aku temui,
Rasa-rasanya, ini sangat tak adil bagimu. Sungguh ini sangat tak adil. Bagaimanapun, aku menyukai kebersamaan dengan lelakimu. Ini salah dan seharusnya tak pernah terjadi.

Aku tak akan meminta untuk dimengerti ataupun dimaafkan, tapi tolong percaya bahwa aku pun berusaha untuk selalu mengakhiri semua ini. Bagaimanapun, kita sama bahwa kita wanita, seharusnya aku bisa lebih memahami perasaanmu bukan terus menikam perasaanmu detik demi detik.

Andai kamu tahu, aku pun tak pernah meminta menemukan kepingan yang membuat puzzle aku utuh pada diri lelakimu. Ini tidak sengaja, walau Tuhan yang pastinya sengaja mempertemukan kami. Walau dengan cara dan di waktu yang tak pernah kami mengerti.

Aku selalu berdoa, semoga dia, lelakimu itu tak pernah menghubungiku lagi karena dengan begitu tentu saja aku takkan pernah mencarinya dan itu berarti ini selesai. Tapi kamu tahu, bahwa sulit sekali untuk aku untuk mendorongnya pergi ketika dia ada dihadapanku. Lelakimu itu terlalu istimewa. Maaf. Aku mohon maaf atas kelancanganku memujinya dan mengatakannya padamu.

Dear kamu, wanita yang sangat aku hormati
Aku masih tidak tahu dengan takdir dan dengan hal yang akan terjadi esok. Itu semua masih misteri kan untuk kita. Namun, aku selalu berdoa bahwa itu semua baik untuk kita; kamu, aku dan lelakimu. Apapun itu. Mungkin kita tidak akan pernah mengerti hal ini sekarang, tapi suatu saat nanti kita pasti akan mengerti. Aku yakin itu. Pemahaman dan penerimaan akan beriringan mendekati kita pada saat yang tepat sehingga kita bisa melihat hal ini dari sisi lain yang mungkin belum mampu kita jangkau saat ini.
Namun, aku mohon. Maafkan aku. Menyakitimu sedemikian dalam. Aku benar-benar minta maaf. Kamu wanita yang baik dan tak seharusnya siapapun menyakitimu termasuk aku. Aku memang bodoh dan tak berperasaan.




Dari aku,

Wanita yang mengagumi lelakimu

0 komentar:

Posting Komentar