Pages

Sabtu, 28 Februari 2015

Lilipadi in my mind


Bagi saya, menghabiskan waktu berjam-jam di pojok satu tempat yang cozy udah seperti ritual. Setidaknya sebulan dua kali saya perlu ritual itu. Untuk apalagi selain untuk me-charge diri saya. Well, saya ini seorang introvert dan bagi seorang introvert, berinteraksi dengan banyak orang membuat lelah. Nah cara memulihkan kelelahan itu dengan menghabiskan waktu sendiri entah hanya untuk makan, browsing, membaca atau menulis.
homey banget nih Lilipadi
Ada satu tempat yang biasa saya gunakan untuk bertapa. Heuheuheu. Namanya Lilipadi. Tempatnya warm, penuh dengan mbak-mas yang ramah. Berasa di rumah sendiri. Lalu ada smoking area yang dikelilingi pepohonan. Menambah suasana makin homey dengan kesejukannya.


Makanan yang disajikan di di Lilipadi cukup beragam. Dari mulai indonesian food to western. Dari mulai delight meal buat ngemil-ngemil cantik sampai yang bikin perut kenyang. Ada juga kopi-kopi khas indonesia yang buat pecinta kopi.

gulai sapi fav saya

Saya sendiri suka banget sama gulai sapi-nya yang only 27-ribuan tapi waww dagingnya manteppp. Terus zupa chicken soupnya pun recommended. Well, green tea apa yah lupa, cocok deh buat ngadem.

green tea and zupa chicken soup
Tempe mendoan di Lilipadi

Jangan lupa, dengan akses internet yang kenceng, tempat ini cocok banget buat dijadikan tempat belajar, ngerjain tugas atau kerja. Nah tunggu apa lagi, ayo langsung ke Jalan Talaga Bodas. Cari Lilipadi dan nikmatin suasana kota bandung disana.

cappucino bubble

Jumat, 27 Februari 2015

Cantiknya kemisteriusan Candi Boko



Daya aura magis yang kental menambah eksotisme Candi Boko. Love it! ~Naya


Semangat nih nge-review sepotong perjalanan dari sebuah tempat karena beberapa komentar yang masuk di posting. Seneng yah rasanya ketika bisa berbagi informasi dan cerita. Nah untuk posting-an jalan-jalan kali ini, saya mau cerita tentang Candi Boko. Have you ever visited this place? Kalau belum, Let me tell you..

Saya pertama kali ke Candi Boko itu tahun 2012. Bersama tiga teman kantor. Tapi saat itu, kita gak terlalu menjelajah. Selain karena cuaca yang sangat menyengat, kita pun gak ada ide, apa sih menariknya Candi Boko.Suatu hari, saat sedang merencanakan perjalanan ke Yogyakarta bersama partner hidup saya, saya browsing tentang Candi Boko dan cerita-cerita menarik dibaliknya. Waw. Saya sempat nyesel dulu ke sana hanya sebatas ‘mampir’.

Saya kumpulkan banyak informasi dan meng-agenda-kan ke Candi Boko seharian penuh dan harus banget sampai ke setiap ujungnya. Cerita yang saya baca dari beberapa sumber menyebutkan bahwa Candi Boko  itu adalah sisa petilasan Ratu Boko (Ratu Bilqis) yaitu Ratu dari Kerajaan Saba. Ratu Bilqis ini kemudian mendengar tentang kehebatan dan kekayaan yang dimiliki Nabi Sulaiman. Lalu Ratu Boko pergi-lah ke Istana Nabi Sulaiman (disinyalir Candi Borobudur namun masih diperdebatkan dan diteliti ulang). 

Candi Boko in my mind

Wohoooo. Pengen banget nongkrong saat sunrise dan sunset di sana. Karena posisinya yang berada diatas bukit pasti kece banget nanti pemandangannya. Tapi sayang sekali saya gak berkesempatan untuk liat sunrise dan sunset. Gak apa, anggap aja bahwa itu artinya saya akan kembali kesana untuk menikmati muncul atau tenggelamnya Sang Matahari.

Shelter Van menuju Candi Boko

Sampai di Candi Prambanan sekitar jam 09.00 dan langsung menuju loket untuk membeli tiket terusan ke Candi Boko. Keren banget penataan Dinas Pariwisata Yogyakarta untuk menyiapkan akomodasi sedemikian nyamannya menuju Candi Boko. Karena dari Candi Prambanan ke Candi Boko memerlukan waktu sekitar 20 menit pake Van yang disediakan. Ada sekitar 5-8 yang siap mengantarkan kita ke Candi Boko.

Look! cantik..
Sesampainya di Candi Boko kita langsung disambut sengatan matahari. Namun karena posisinya diatas bukit, jadi terasa agak sejuk walaupun tetep pake payung. Saya langsung menuju ke bagian atas Candi Boko. Ada 2 bagian kolam. Saya langsung membayangkan bahwa jaman dahulu, para penghuni istana berendam sambil menikmati udara gunung yang sejuk. 

berasa dimanaa..
Lalu saya teruuuuuuus kebagian belakang yang disinyalir bagian pendopo. Lalu kamar-kamar mereka dimana ya? Misteri. Karena disana saya hanya melihat reruntuhan.

Belum puas dengan itu, saya langsung menuju gua diatas bukit lagi. Hem.. gua tempat semedi rupanya. Disini saya merasakan sesuatu yang lumayan bikin saya merinding dan sesak selama beberapa detik. Hufft. Ada yang berusaha say hello nampaknya. Tapi saya terus terkagum-kagum sama keindahan reruntuhan Candi Boko.
  

Gua yang bikin merinding ulala
Sekitar 60 menit menikmati suasana, berpeluh-peluh dan berpanas-panas. Jepret sana-sini. Lalu sampailah di warung. Menikmati mie rebus dan es kelapa muda. Beristirahat sejenak sambil sholat dan tiduran karena lumayan lama tadi puter-puterannya. 

Hai.. deer..

Aihh.. lalu ada rusa! Saya sempet say hi sama rusa-rusa cantik itu.
Setelah beristirahat selama kurang lebih 45 menit, kami pun turun untuk nunggu van yang akan mengembalikan kami ke Candi Prambanan. Eh tapi tunggu dulu, sayang rasanya untuk gak menikmati lunch diatas bukit dengan pemandangan Candi Prambanan. Duh, gak kenyang-kenyang apa yah tadi dah makan mie rebus dan es kelapa. Heuheuheu.

Penutup yang sempurna!
Wah.. seru banget perjalanan saat itu. Mari ke Candi Boko..
Untuk info lebiih lengkap tentang candi cantik ini, bisa cuss ke wikipedia ini



~Naya


 

Workshop Menulis, My Fav Tere Liye ^^



Learning gives creativity. Creativity leads to thinking. Thinking provides knowledge, knowledge makes you great ~Abdul Kalam


Haii..

Sejak jaman kuliah, saya suka menghadiri beberapa seminar tentang bahasa atau tentang kepenulisan. Banyak banget hal baru yang bisa saya dapatkan dari seminar. Hal-hal yang gak mungkin tertulis di buku tapi tertuang dari narasumbernya langsung.

sertifikat seminar

Pada bulan Juni 2012, saya sengaja mengajukan cuti dari kantor untuk ‘terbang’ ke Bogor. Tepatnya ke Universitas Pakuan. Ada penulis favorit saya yang akan menghadiri workshop menulis disana. Bung Tere Liye. Yipiiiii. Sengaja banget nyusulin Tere Liye sampai ke Bogor sekalian refreshing.

koleksi novel Tere Liye saya

Saya berangkat sore hari dan berencana menginap semalam karena acaranya keesokan harinya, pagi sekitar jam sembilan. Ditemani suami tercinta yang sengaja cuti juga, kami berangkat naik bis Bandung-Bogor. I was so excited. Sepanjang perjalanan, saya sambil menikmati untaian cerita dari novel Tere Liye yang berjudul: “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.” Udah pernah baca belom? Itu keren banget ceritanya.

Sampailah di Bogor sekitar jam 4 sore. Lalu langsung check-in ke hotel yang sudah saya pesan. Setelah menyimpan barang-barang, saya dan suami survey lokasi Universitas Pakuan. Letaknya cukup dekat dari tempat kami menginap. Hanya sekali pakai angkutan umum. Kurang lebih 10-15 menit. 

Saatlah hari yang saya nantikan itu tiba. Menghadiri workshop penulis favorit. Setelah saya registrasi ulang ke pihak adek-adek mahasiswa (tua banget kedengernnya. Wkwkwk) saya pun memasuki ruangan tempat workshop akan diadakan. Ruangannya cukup luas dan dapat menampung sekitar 500 orang. 
 
Pembukaan acara diisi dengan pembacaan puisi musikal dari potongan cerita novel Tere Liye. Dibacakan dengan iringan gitar dan penuh penghayatan. Awesome! Saya duduk di baris ketiga, di tengah-tengah. Posisi yang pas banget. Saya celingak-celinguk udah gak sabar nyari sosok Tere Liye. Dan..Yaaa..there he is. Sangat sederhana dengan kaos putih dan kupluknya. 

Sebelum memasuki workshop menulis, ada sesi ngobrol-ngobrol dulu. Sedikit tentang kehidupannya dan perjalanan menulisnya. Untuk oleh-oleh isi workshopnya akan saya posting di next posting ya. Sabar dulu :D

Terakhir, ada sesi tandatangan. Saya hanya membawa dua buku Tere Liye dan sisanya saya bawa pembatas-pembatas bukunya untuk ditandatangani. Hihi. Berat.
Hal lain yang saya kagumi, beliau tidak mau berfoto dengan perempuan, walaupun ramai-ramai dengan alasan apapun. Dan tidak menjelaskan alasannya secara jelas. Tapi beliau mempersilahkan untuk dijepret saat book-signing. 


Tere Liye saat book-signing
Ada hal yang saya ingat, percakapan saya dan beliau saat book-signing
Tere Liye         : Ko pembatas bukunya aja?
Saya                : Berat, Bang. Saya bukan dari Bogor.  *GROGI!*
Tere Liye         : Memang dari mana?
Saya                : Bandung
                        Tere Liye         : Wah, saya sering kok ngadain workshop di Bandung.  Kamu jauh-jauh amat sampe ke Bogor.
Saya:               : Hehehehe..

Waaahhhhh.. senangnyaaaaaa bercakap-cakap dengan beliau walaupun hanya beberapa kata. Hihihi

Setelah workshop itu, saya mendaptakan suntikan semangat untuk menulis. Gak nyesel deh jauh-jauh ke Bogor. Thanks to adek-adek panitia yang udah ngadain acara se-keren itu. Workshop selesai sekitar pukul 12.30. Well, saatnya explore Bogor!

Nah what about you? Punya pengalaman menarik bertemu dengan penulis favoritmu?



~Naya

Minggu, 22 Februari 2015

ada apa dengan deadline?



Look in the mirror. That's your competition... ~Anonymous


Huaaa... deadline-nya 3 hari lagi. Akhir-akhir ini kata deadline lagi akrab banget di telinga saya. Kenapa coba? Karena saya lagi gencar-gencarnya ikut lomba menulis. Resolusi 2015 di titikberatkan dengan hobi saya menulis yang harus ‘menghasilkan’ sesuatu, jadi ikut lomba menulis itu salah satu alat untuk mewujudkan resolusi 2015 #tsaaah
 
Selain memang hadiah-hadiahnya pun menggiurkan, itu saya anggap untuk memotivasi saya lagi dan lagi untuk ikutan lomba menulis. Hadiah lomba nulis yang saya ikuti sampai sekarang, antara lain: uang tunai dari ratusan ribu sampai puluhan juta, paket buku yang cantik lalu ada hadiah paket wisata. *ngiler* Siapa coba yang gak mau hadiah keren-keren itu??

But, again dan again saya coba meluruskan niat ikutan lomba menulis. Biar gak kecewa kalau gak menang, gtu. Heheh. Kalau kecewa, ntar kapok ikutan lomba menulis. Kalau kapok ikutan lomba nulis berarti ntar saya jadi kurang produktif menulis. Kalau saya kurang produktif menulis ntar saya jadi berhenti menulis. Tidaaaaaaaaak.
Banyaaaaak banget yang saya dapatkan dari lomba menulis, saya coba menjabarkan satu-satu yah. They are..
source: Twitter

      1.      Belajar berdisiplin
Ketika saya memutuskan untuk mengikuti satu lomba, saya ikut ngepush diri saya untuk menyelesaikan karya tulis saya. Walaupun berdarah-darah melawan banyak rasa macem-macem. Mulai dari tiba-tiba mentok ide atau harus begadang karena ada agenda harian dadakan. Dari push-push kecil ini, disitu saya melahirkan kebiasaan menulis. It works! Kalau satu hari gak nulis satu cerita, walaupun hanya satu paragraf, rasanya ada yang kurang. Yeay.

      2.      Dipaksa belajar
Heuheuheu. Saya akuin, saya suka dan gila baca itu hanya sebatas topik-topik yang saya suka. Gak ada yang salah sih sebenernya. Sah-sah aja. Tapi kadang kan kita harus tahu banyak hal. Hal yang kita gak suka sekalipun. Memperkaya kosakata, menambah ilmu mah udah pasti kan yah. Contohnya nih yah, saya lagi berencana ikut lomba yang diadakan TOTAL E&P INDONESIE dengan tema: Hemat energi secara TOTAL! sila cek info lombanya disini. Minimal saya harus tahu dong kenapa kita harus hemat energi? Seberapa urgent kah? Emang kenapa kalau enggak? Terus energi itu apa? sumber energi pengganti? Emang apa aja? Dsb. Dsb. Yup, saya disitu menggali dan menggali topik yang rada-rada ‘bukan saya banget’. Lama-lama saya menikmati banget proses belajar itu. Demi hadiah 50 jeti boook! Hahahaha.  

      3.  Belajar dari penulis lain
Nunggu pengumuman lomba itu sensasinya asik banget deh. The excitement of waiting. Seru.Wajar ketika merasa kecewa saat baca pengumuman dan gak menang. Tapi itu hanya berlangsung sepersekian menit ko, sisanya saya ikut seneng ikut bahagia untuk pemenang. Nah setelah itu, saya baca deh tulisan para pemenang. Kenapa kira-kira mereka bisa menang? Menerka poin-poin apa yang memang menggigit juri sehingga memutuskan mereka jadi pemenang. Dan biasanya kan yang ikutan lomba itu orang-orang yang baru berkecimpung di dunia tulis menulis (ataupun yang sudah sangat berengalaman). Pastinya pengalaman menulis mereka sudah jauuuhhhh banget diatas saya, nah saya akan bisa banyak belajar dari mereka.

Dan saya sekarang sudah mulai merasakan manfaat dari mengikuti lomba menulis. Bagi saya, disadari atau tidak, sebenarnya ketika kita sedang 'bersaing' dalam sebuah perlombaan apapun, justru kompetitor yang harus kita waspadai adalah diri sendiri. Bukan orang lain. Pokonya nulis lagi, nulis terus. Kalau gak nulis sehari, di situ kadang saya merasa sedih. Wkwkwkwk. Ikut lomba nulis yuuuuuk!



 ~Naya

Jumat, 20 Februari 2015

can you read my mind?




The funniest thing is when someone is lying to you and you already know the truth ~INFJ quote

Pernah baca tweet seseorang gini:  
Kalau kamu bisa punya super power, mau bisa apa? Kalau aku kekuatan membaca pikiran seseorang.
source: flickr

Aku cuma manggut-manggut. Dan geleng-geleng. Trus manggut-manggut lagi. Percaya deh, bisa baca pikiran orang itu gak enak sih sebenarnya -.- 

Gini-gini, kadang sebenernya proses ‘membaca’ itu gak disadari. Tiba-tiba tahu aja gitu. Trus ntar tiba-tiba si orang nya bilang: “loh ko tahu?” dan biasanya saya cuma jawap: “eh? Tahu apa?” trus cengengesan.
Keuntungannya ada sih tapi kerugiannya juga gak sedikit. Salah satunya, terkadang saya gak mau tahu loh dengan apa yang ada dipikiran orang tapi bisa tau gitu aja. Tau dia bohong atau lagi pura-pura. Padahal kata pepatah, what we don’t know, won’t hurt us. Iya, keenggatahuan lebih aman daripada tahu kejujuran (yang ditutup-tutupi) dan itu nyelekit sakitnya. Awalnya saya pikir perasaan itu hanya sekedar prasangka saya semata. Namun, beberapa saat kemudian, ketahuan kan itu boong. Nah loh.

Namun terkadang saya gagal ‘membaca’ pikiran seseorang yang bener-bener pengen saya tahu. Nah ini yang aneh. Membaca pikiran itu kadang mungkin bukan karena kehendak saya. Ketika saya mau, saya bisa. Kalau engga mau, saya gak bisa. Gak sesimpel itu ternyata. Saya gak tahu sih jenis ‘membaca pikiran’ yang lain, mungkin gak aneh kayak saya ini.

Terus yah selain itu, saya tuh gak bisa nahan kalau lagi pengen ketemu sama seseorang. Trus tiba-tiba memang memungkinkan untuk ketemuan. Trus ketemu. Nah pas ketemu itu biasanya adaaaa aja sesuatu. Biasanya lebih sering ke saya ternyata membawa cerita tentang sesuatu yang lagi dibutuhin sama orang itu. Jadi ujung-ujungnya si orang itu bilang: “Ih kok tau banget sih? Serem ah kamu.” Iya da aku teh jurig, mereun. Nyeremin -,-

Udah ah. Curhat ngasal ini mah.