Pages

Selasa, 10 Februari 2015

kenapa dan kapan?


Buat saya, pertanyaan kenapa kamu belum hamil itu kurang lebih esensinya sama dengan pertanyaan  kenapa kamu belum meninggal? Karena jawabannya  sama-sama: 
“Belum waktunya.” ~Naya

Sumber: Tumblr
Ehmmm.. bahasan kali ini agak serius. Tapi tetep harus disikapi santai ya. Ready?
Buat sebagian orang yang sudah melewati siklus hidup dengan lengkap, mungkin gak akan pernah kebagian pertanyaan tentang “kapan” ini.

Lahir-masa kanak-kanak-masa dewasa-lulus kuliah-bekerja-menikah-punya anak-punya cucu-meninggal.

itu siklus kehidupan. Namun gak semua orang melewati siklus itu dengan cara yang sama (baca: mudah). Bagi sebagian orang mungkin ada yang seperti jalan tol. Bebas hambatan. Namun bagi sebagian yang lain, seperti jalan menuju hutan belantara. Saya gak mau menyebutnya sulit. Saya lebih menyukai menyebutnya penuh tantangan.
Sebagai pasangan yang telah menikah 5 tahun 9 bulan dan masih diberi waktu honeymoon sama Tuhan, tau dong pertanyaan klasik yang sering dilontarkan orang itu apa? Disini saya gak akan bahas terlalu mendetail. Karena saya lebih memikirkan solusi daripada terus berkutat dengan menyalahkan ini itu #tsaaah.
 Saya mau mencoba memberikan beberapa tips dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan siklus kehidupan itu.  Dan sudah saya terapkan beberapa bulan kebelakang. Check this out...

1.      Percayalah, orang-orang yang paling dekat dan peduli padamu adalah orang yang paling mengerti perasaanmu. Jadi, orang-orang yang bertanya masalah ini biasanya bukan orang terdekat. So? Anggap saja mereka bertanya karena sekedar ingin mendapatkan informasi.
Sama seperti pertanyaan ringan: “Kenapa ya  hujan turun?”Jadi, jawabannya pun cukup dengan; “Karena Tuhan yang berkehendak. (Jangan lupa pake senyum).

2.      Kalau lagi PMS atau sensitif berat, hindari ketemu teman atau sodara atau siapapun yang udah lama gak ketemu. Karena pertanyaan—pertanyaan itu dilontarkan biasanya hanya sekedar bertanya kabar kehidupanmu. Nah ketika hati kamu lagi enak, nyaman, dijamin deh sikap kita dalam menjawab jadi lebih ringan. Kalau lagi sensitif, pertanyaan itu seperti sebuah pistol yang ditdodongkan ke kepala (serem amat yah? Wkwkwkw).

3.      Untuk menghindari ketidaknyamanan kalau dibombardir sama pertanyaan lanjutan,  jawaban terbaik adalah dengan memberikan jawaban singkat padat, jelas, lugas dan tegas. Hahaha. Seperti: “Belum. Doakan ya.”

4.      Nulis di blog tentang ceritamu. Kalau misalnya yang sedang program hamil, bisa nulis cerita perjalanannya, jadi ketika ada orang bertanya, kamu kasih aja link blog kamu dan pastinya selain bisa ningkatin jumlah viewer (wkwkwkwk). Kamu pun bisa menjelaskan hal-hal yang memang informatif, bukan curcol sentimentil :D  Mungkin orang yang bertanya sebab kamu belum punya momongan itu lebih  bersikap empati ingin tahu apa yang terjadi denganmu (dan berharap mereka bisa melakukan sesuatu untukmu).
Atau kalau yang belum menikah, bisa tulis beberapa kriteria calon idaman dan beberapa hal dari nilai plus kamu, sapa tau ada seseorang yang berniat bantuin kenalin ke temennya atau mungkin ada yg berniat ngangkat jadi mantu #ehhh***Aku udah nulis tapi kuhapus untuk proses editing dulu agar terkesan informatif dan bukan ngedumel gak jelas. Hehehe.

5.      Kalau mereka yang bertanya tetap melontarkan pertanyaan mendesak dan sedikit absurd (baca: ngeyel), just tell them you are busy and happy and leave them :))
Contoh pertanyaan ngeyel:
Ibu2           : Belum hamil, neng?
Aku           : Belum, Bu. Doain ya.
Ibu2           : Kok belum juga yah?
Aku           : *senyum doang*
Ibu2           : Udah berapa lama,? Kok belum juga sih?
Aku           : Baru lima tahun.
Ibu2           : Tuh, udah lama. Kok belum juga?
Aku           : (*sumpel mulutnya pake gorengan* #ehhh) permisi ya, Bu. Mau tidur siang dulu ah. Cape. (cape ngedenger Ibu bertanya).

6.      Push the button. Nah, wajar dan manusiawi sih kalau ngerasa sedih, kesel, marah sama pertanyaan yang sensitif ini. Kamu boleh kok ngerasa punya perasaan-perasaan seperti itu tapi.... cuma 10 menit aja yah. Teken tombol emosi negatif nya ke saklar off. Ah mana bisa? Kata siapa? Bisa banget malahan. 
Caranya alihkan pikiran ke hal-hal yang kamu suka, kamu syukurin. Pasti lupa betenya. Inget gini deh, hal-hal nyenengin yang belum bisa kita rasakan (seperti belum lulus kuliah,  belum menikah atau belum punya anak), pasti bisa nambah kebahagiaan kita, kan? Tapi jangan lantas kebelumberadaan hal-hal itu jadi pengurang kebahagiaan yang kita punya sekarang. Lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Gimana? Atau ada yang mau nambahin tips nya? Kalau kata Dewi ‘dee’ Lestari, gak selalu pertanyaan itu berdampingan dengan jawaban, jadi kamu berhak kok untuk gak jawab secara detail pertanyaan orang yang terlalu pribadi. Tetep semangat  ya menghadapi pertanyaan-pertanyaan and  still be positif thinking!


~Naya

2 komentar:

Fuzi mengatakan...

Ajak-ajak ya klo mau nyumpel mulut orang pake gorengan, hahaha #eh

naya wulan mengatakan...

Haha.. untung ga pake sendal jepit juga..

Posting Komentar