Pages

Kamis, 12 Februari 2015

Ketika kematian tak bisa diduga


Masih menjadi misteri, apakah sore hari nanti kita dan pasangan masih bisa saling menatap dan memeluk? ~Naya


Sore ini saya mendengar satu kisah tentang kehilangan. Bukan kehilangan karena ingin, tapi ‘dipaksa’. Orang terkasih direnggut dari sisi. Selama-lamanya.
***
Siang itu, 9 Februari 2015, ada telepon dari kepolisian ke Handphone Mbak Hani. Telepon yang mengabarkan bahwa suami tercintanya mengalami kecelakaan di Tol Jagorawi km 24. Atasan Mbak Hani meminta beberapa rekan untuk kroscek ke akun twitter TMC. Akun yang biasanya menginformasikan mengenai berita kecelakaan wilayah Jabodetabek dan sekitarnya. Dan memang ada info kecelakaan tersebut, nomor polisinya pun sesuai dengan nomor polisi kendaraan suami Mbak Hani. Masih ragu dan takut penipuan, atasan Mbak Hani menelepon no hp polisi yang menghubungi Mbak Hani. Kabar mengejutkan disampaikan lagi bahwa korban (suami Mbak Hani) tewas seketika. Inalillahi...

Mbak Hani dan beberapa rekan langsung menuju tempat yang dikatakan polisi tempat jenazah berada. Ya, suaminya telah terbujur kaku. Kecelakaan tunggal. Polisi mengatakan kalau korban dalam keadaan mengantuk dan terlelap sepersekian detik, mobil oleng dan korban membanting stir ke arah kiri, menabrak pohon. Keadaan diperparah karena korban tidak memakai sabuk pengaman.

Mbak Hani mempunyai bayi berusia 6 bulan, bayi perempuan. Bayi cantik itu sudah harus kehilangan ayahnya. Atasan Mbak Hani bilang bahwa sabtu itu, Alm menjemput Mbak hani dan berkenalan dengan rekan kerja Mbak Hani, termasuk atasan Mbak Hani. Seperti pertanda ingin dibantu mengurus jenazahnya karena Mbak Hani tinggal di Bogor tanpa sanak saudara.  Seluruh keluarga tinggal di Jawa Tengah. Pertanda lainnya, Mbak Hani telah mengajukan cuti 7 hari pada tanggal 14 Februari ini untuk pulang ke Jawa. Ternyata memang Mbak Hani harus pulang ke Jawa Tengah selama 7 hari. 

Kejadiannya, Alm berangkat kerja ke Jakarta namun kembali lagi pulang ternyata kantor diliburkan karena banjir. Saat perjalanan pulang itu mengalami kecelakaan. Alm pun sempat menelepon istrinya untuk bilang: “Aku mau pulang.” Dan ternyata memang pulang yang sebenar-benarnya. Setelah dibantu oleh beberapa rekan untuk mengurusi ambulans dan surat dari kepolisian, malam itu juga Mbak Hani dan bayinya berangkat ke Jawa Tengah untuk mengantarkan jenazah suaminya ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
***
Entah kenapa tiba-tiba terbersit beberapa hal yang seringkali saya abaikan. Salah satunya, melepas kepergian suami berangkat kerja saat saya sibuk melakukan sesuatu.

Mungkin itu juga yang seringkali suami saya sampaikan. Katanya: ”Jangan marahan lebih dari waktu sholat selanjutnya, ya.” Maksudnya adalah misalnya kalau kita marahan jam 2 siang, nah sebelum ashar itu kita harus sudah baikan lagi. Karena ini berkaitan dengan kita tidak tahu kapan kita akan meregang nyawa. Siapapun tidak akan pernah mau jika dipisahkan dalam keadaan kita saling kesal satu sama lain.

Dan mungkin juga, karena itulah ketika istri mengantar suaminya bekerja, seolah seperti melepas seseorang untuk berperang. Masih menjadi misteri, apakah sore hari nanti kita dan pasangan masih bisa saling menatap dan memeluk?



~Naya

2 komentar:

Fuzi mengatakan...

Bener banget. Yesterday is history, Today is present, Tomorrow is mistery. Thanks ceu. Nice share.

naya wulan mengatakan...

Iya.. hiks. Masama ceu.. :))

Posting Komentar