Masih menjadi misteri, apakah sore hari nanti kita dan pasangan masih bisa saling menatap dan memeluk? ~Naya
Sore ini saya mendengar satu kisah tentang kehilangan.
Bukan kehilangan karena ingin, tapi ‘dipaksa’. Orang terkasih direnggut dari
sisi. Selama-lamanya.
***
Siang
itu, 9 Februari 2015, ada telepon dari kepolisian ke Handphone Mbak Hani.
Telepon yang mengabarkan bahwa suami tercintanya mengalami kecelakaan di Tol
Jagorawi km 24. Atasan Mbak Hani meminta beberapa rekan untuk kroscek ke akun
twitter TMC. Akun yang biasanya menginformasikan mengenai berita kecelakaan wilayah
Jabodetabek dan sekitarnya. Dan memang ada info kecelakaan tersebut, nomor polisinya
pun sesuai dengan nomor polisi kendaraan suami Mbak Hani. Masih ragu dan takut
penipuan, atasan Mbak Hani menelepon no hp polisi yang menghubungi Mbak Hani.
Kabar mengejutkan disampaikan lagi bahwa korban (suami Mbak Hani) tewas
seketika. Inalillahi...
Mbak
Hani dan beberapa rekan langsung menuju tempat yang dikatakan polisi tempat
jenazah berada. Ya, suaminya telah terbujur kaku. Kecelakaan tunggal. Polisi
mengatakan kalau korban dalam keadaan mengantuk dan terlelap sepersekian detik,
mobil oleng dan korban membanting stir ke arah kiri, menabrak pohon. Keadaan
diperparah karena korban tidak memakai sabuk pengaman.
Mbak
Hani mempunyai bayi berusia 6 bulan, bayi perempuan. Bayi cantik itu sudah
harus kehilangan ayahnya. Atasan Mbak Hani bilang bahwa sabtu itu, Alm
menjemput Mbak hani dan berkenalan dengan rekan kerja Mbak Hani, termasuk
atasan Mbak Hani. Seperti pertanda ingin dibantu mengurus jenazahnya karena
Mbak Hani tinggal di Bogor tanpa sanak saudara.
Seluruh keluarga tinggal di Jawa Tengah. Pertanda lainnya, Mbak Hani
telah mengajukan cuti 7 hari pada tanggal 14 Februari ini untuk pulang ke Jawa.
Ternyata memang Mbak Hani harus pulang ke Jawa Tengah selama 7 hari.
Kejadiannya,
Alm berangkat kerja ke Jakarta namun kembali lagi pulang ternyata kantor
diliburkan karena banjir. Saat perjalanan pulang itu mengalami kecelakaan. Alm
pun sempat menelepon istrinya untuk bilang: “Aku mau pulang.” Dan ternyata
memang pulang yang sebenar-benarnya. Setelah dibantu oleh beberapa rekan untuk
mengurusi ambulans dan surat dari kepolisian, malam itu juga Mbak Hani dan
bayinya berangkat ke Jawa Tengah untuk mengantarkan jenazah suaminya ke tempat
peristirahatannya yang terakhir.
***
Entah kenapa tiba-tiba
terbersit beberapa hal yang seringkali saya abaikan. Salah satunya, melepas
kepergian suami berangkat kerja saat saya sibuk melakukan sesuatu.
Mungkin itu juga yang seringkali
suami saya sampaikan. Katanya: ”Jangan
marahan lebih dari waktu sholat selanjutnya, ya.” Maksudnya adalah misalnya
kalau kita marahan jam 2 siang, nah sebelum ashar itu kita harus sudah baikan
lagi. Karena ini berkaitan dengan kita tidak tahu kapan kita akan meregang
nyawa. Siapapun tidak akan pernah mau jika dipisahkan dalam keadaan kita saling
kesal satu sama lain.
Dan mungkin juga, karena
itulah ketika istri mengantar suaminya bekerja, seolah seperti melepas
seseorang untuk berperang. Masih menjadi misteri, apakah sore hari nanti
kita dan pasangan masih bisa saling menatap dan memeluk?
~Naya
2 komentar:
Bener banget. Yesterday is history, Today is present, Tomorrow is mistery. Thanks ceu. Nice share.
Iya.. hiks. Masama ceu.. :))
Posting Komentar