#30harimenulis 2016
Tema hari ke-13: cerita horor
Ini hari ketiga dari kegiatan KKL-ku di Bali. KKL yang lebih mirip study tour. Pada KKL ini mahasiswa mengunjungi beberapa tempat wisata dan di perjalanan mempraktekan menjadi tour guide.
Kami menginap di penginapan daerah Nusa Dua. Sepertinya penginapan yang cukup luas ini hanya beroperasi jika ada rombongan.
Penginapan terdiri dari dua bagian. Bagian utara ditempati oleh para mahasiswa dan dosen pria, bagian selatan oleh para mahasiswi dan dosen wanita. Ditengah-tengahnya dibatasi oleh restaurant dan kolam renang. Serta ada dua pohon beringin besar yang bersarung.
Setiap malam, kami berkelompok (ber-empat, satu kamar terdiri dari empat orang) mengerjakan laporan harian yabg harus dikumpulkan esok paginya. Kami bahkan sering bergadang hingga pukul dua mengerjakan laporan. Boro-boro bisa menikmati suasana Bali yang kata orang eksotik.
Aku sekamar dengan Rosma, Puspa dan Tuge (yang memang asalnya dari Bali). Malam itu kondisi kami sudah cukup letih. Beberapa hari ini jadwal cukup padat dan energi badan amat terkuras.
Malam itu sekitar pukul sebelas, seperti biasa kami mengerjakan laporan. Rosma yang sedang di kamar mandi tiba-tiba berteriak.
"WOOI enggak lucu. Jangan maenin lampu."
Aku, Puspa dan Tuge yang sedang berkumpul memelototi laptop diatas kasur sontak saling berpandangan.
"PUSPA! Jangan bercanda ah." teriak Rosma lagi.
Belum sempat kami mengatakan apa-apa Rosma sudah keluar dari kamar mandi. Berlari. Masih menggunakan handuk.
"HUUUAAAAAA.." Ia menubruk kami diatas kasur.
"Ma, kenapa?" Tanyaku cemas
Muka Rosma pucat. Tiba-tiba ia menangis.
"Taa..kuut.."
"Tenang Ma, tenang." Ucap Tuge.
"Taa..di.. lampu kamar mandi mati-nyala-mati-nyala. Terus.. a..ku.. dengar suara Puspa menangis pelan. Terus... aku mencium wangi bunga yang menyengat."
Muka Puspa memucat.
"Ayok pindah kamar." Kata Rosma lagi.
"Mau pindah kemana? Tenang Ma. Tenang. Bu Iim bilang kita jangan panik. Kita enggak boleh heboh kalau ada kejadian ganjil. Nanti yang lain sugesti." Ucap Tuge menenangkan.
"Ya terusss? Telepon bu Iim sekarang! Takut guwe!" Rosma mulai histeris dan menangis lagi.
"Lagian.. kamu ngapain sih Ma, mandi malem-malem? Bu Iim cuek gitu pasti nanti dia cuma bilang; berdoa aja." Puspa sedikit nyolot.
Rosma hanya menangis.
"Ini kenapa jadi pada ribut? Udah. Udah kita tidur aja. Banyak berdoa." Kataku.
Rosma dan Puspa memutuskan minum antimo biar cepat terlelap. Kami urung meneruskan membuat laporan. Karena semua lampu kami nyalakan, aku susah tidur. Aku tidur terbiasa gelap.
Tiba-tiba, dari arah kamar mandi aku mendengar suara shower menyala. Lalu sayup-sayup mendengar suara wanita berdendang lirih. Entah bahasa jawa. Entah bahasa Bali. Bernyanyi tercekat pedih. Aku menelan ludah. Melirik Tuge disamping. Ia belum tidur.
"Aku juga denger." Wajahnya sedikit pucat.
Aku menelungkupkan bantal ke mukaku. Berharap pagi datang lebih cepat.
"Aku mau minum antimo, Ge. Kamu mau?"
Tuge mengangguk pelan.
***
Keesokan harinya kami memutuskan merahasiakan kejadian semalam pada siapapun. Kami diomelin dosen pembimbing kelompok karena tidak menyelesaikan laporan.
Hari itu kami akan mengunjungi istana bekas peninggalan kerajaan Klungkung. Siang yang terik. Mahasiswa berpencar mencari data untuk laporan. Aku menyeret langkahku. Sejak kejadian semalam, badanku berat. Tuge disebalahku sedang menulis beberapa catatan di notes.
"Kenapa Nay?" Aku menggeleng.
"Ke museum nya yuk." Tuge menyambar tanganku setengah menyeret. Rosma dan Puspa mengikuti dari belakang. Saat akan memasuki ruangan museum, Tuge berhenti beberapa detik lalu mengucapkan salam dalam bahasa agamanya.
"Om swastiastu."
Saat memasuki ruangan yang luas, suasana dan aura dingin menyergap kami. Aku memegang tengkukku. Kami berjalan beriringan. Tampak foto-foto anggota kerajaan Klungkung sejak pertama didirikan. Ada satu foto yang menarik perhatianku. Kubaca keterangan foto dibawahnya.
Aku melirik sekali lagi foto tersebut. Seperti familiar dengan wajahnya. Seperti pernah melihat tapi dimana ya.
Tuge menyadarkan lamunanku.
"Yuk, Nay."
***
Malam kelima kami lebih siaga. Jangan ke kamar mandi lebih dari jam 10. Kalau ada yang ingin kebelet pipis, pintu kamar mandi dibuka. Semua lampu dinyalakan.
Kami masih mengerjakan laporan. Jam menunjukkan pukul 00.15. Tiba-tiba wangi bunga menggelitik hidungku. Aku terkesiap. Aku mencermati wajah teman-temanku satu-satu. Mereka tampak asyik menulis. Rupanya cuma aku saja yang mencium aroma bunga ini.
Eh. Eh Siapa itu? Ada bayangan di cermin. Wanita dengan rambut sepinggang. Ada bunga kamboja terselip ditelinganya. Aku menelan ludah. Cuma aku yang melihatnya. Bibirku seperti terkatup. Dan ia melihat ke arahku.
Tubuhku menggigil. Dingin tiba-tiba menyergap.
"Kamu mau apa?" Ucapku lantang tiba-tiba. Entah kenapa aku ingat kakekku yang pernah bilang untuk tidak takut pada mereka. Mereka sama seperti kita. Hanya berbeda alam.
Sontak Rosma, Puspa dan Tuge terlonjak kaget.
Aku masih menatapnya. Dia tersenyum.
"Kamu mirip anakku. Sini ikut aku."
Seketika ruangan gelap gulita.
***
0 komentar:
Posting Komentar